Rivalitas antara Amerika Serikat (AS) dan China telah menciptakan dinamika geopolitik yang kompleks di kawasan Indo-Pasifik. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menghadapi tantangan dalam menavigasi lingkungan internasional yang penuh ketidakpastian ini.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat dikatakan telah menjalankan pendekatan diplomasi yang cermat dan strategis untuk memaksimalkan kepentingan nasional Indonesia di tengah persaingan antara kedua kekuatan besar tersebut.Â
Dengan menggunakan pendekatan Realisme Neoklasik dalam studi Hubungan Internasional, artikel ini mencoba menganalisis kebijakan luar negeri Indonesia dalam menghadapi rivalitas AS-China. Ada dua yang memengaruhi pengambilan kebijakan luar negeri Indonesia, yaitu faktor-faktor domestik dan internasional.
Realisme Neoklasik
Realisme Neoklasikal merupakan salah satu pendekatan yang relatif baru dalam studi Hubungan Internasional. Pendekatan ini berupaya menggabungkan elemen-elemen dari Realisme Klasik dengan faktor-faktor domestik dalam menjelaskan kebijakan luar negeri suatu negara.
Menurut Gideon Rose (1998), realisme neoklasikal menerima premis dasar realisme klasik bahwa lingkungan internasional yang anarki mendorong negara untuk meningkatkan kekuatan relatif mereka.
Selain itu, pendekatan ini juga berpendapat bahwa pengaruh struktur internasional terhadap perilaku negara bersifat tidak langsung dan kompleks.
Berbeda dengan realisme klasik yang menekankan pada distribusi kekuasaan sebagai faktor utama yang menentukan perilaku negara, realisme neoklasikal mempertimbangkan variabel-variabel domestik, seperti persepsi pemimpin, institusi negara, dan politik dalam negeri.
Menurut Randall Schweller (2004), misalnya, menjelaskan kelebihan realisme neoklasik. Salah satunya, yaitu menggabungkan pengaruh sistemik yang ditekankan oleh realisme klasik dengan pengaruh variabel-variabel unit-level, seperti persepsi pemimpin dan struktur negara.
Kebijakan Luar Negeri Jokowi