Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pengaruh Global dari Perang Berkepanjangan Rusia-Ukraina

1 Maret 2024   20:02 Diperbarui: 3 Maret 2024   07:05 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjuk rasa yang tergabung dalam Solidaritas untuk Rakyat Ukraina melakukan aksi damai di depan Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Jumat (4/3/2022). Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT via KOMPAS.com

Perang Rusia-Ukraina ternyata telah berlangsung selama 2 tahun lebih. Potensi perang menjadi berkepanjangan (protracted) semakin besar mengingat gagalnya upaya-upaya perdamaian hingga saat ini.

Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 telah menimbulkan guncangan besar bagi tatanan dunia pasca-Perang Dingin. Konflik yang dipicu oleh ambisi Vladimir Putin untuk menguasai kembali wilayah bekas Soviet ini telah berubah menjadi perang besar yang dampaknya terasa hingga ke seantero dunia. 

Invasi Rusia ke Ukraina mungkin akan menjadi titik balik dalam sejarah hubungan internasional modern. Ini adalah tamparan telak bagi mereka yang mempercayai perkembangan demokrasi liberal dan tatanan dunia berbasis aturan.

Perang Ukraina telah secara dramatis meningkatkan ketegangan antara Rusia dan Barat. Dunia kini secara efektif terbagi menjadi dua kubu yang saling bersaing.

Dampak

Salah satu konsekuensi paling signifikan dari perang ini adalah memperkuat polarisasi global antara negara-negara demokrasi Barat dan otoritarianisme Rusia-Tiongkok. NATO dan Uni Eropa kompak mengecam tindakan Rusia, sementara Tiongkok enggan mengutuk invasi tersebut. 

Bagi pakar Hubungan Internasional, John Mearsheimer, "perang ini adalah hasil dari provokasi Barat dan perluasan NATO ke Eropa Timur." Akibatnya, dunia kini semakin terbelah menjadi dua kubu yang saling bersaing, walau tidak sama persis seperti di masa Perang Dingin.

Hal ini tentu akan mempersulit kerja sama internasional mengingat kepentingan kedua kubu yang berseberangan. Masalah-masalah global seperti pandemi, perubahan iklim, dan isu lainnya akan semakin sulit diselesaikan karena negara-negara besar lebih fokus pada persaingan geopolitik ketimbang bekerja sama. 

Selain memperdalam polarisasi global, perang ini juga menimbulkan keraguan mendalam tentang komitmen negara-negara besar terhadap tatanan dunia berbasis aturan dan norma-norma internasional (rule-based global order). Tindakan sepihak Rusia yang melanggar kedaulatan Ukraina dipandang telah merusak prinsip dasar hubungan internasional modern.

Apabila negara-negara besar dapat dengan mudah menginvasi tetangganya tanpa konsekuensi berarti. Kenyataan pahit itu mau tidak mau menyoal relevansi dari aturan main dan institusi global, seperti PBB. 

Michael Klare menegaskan bahwa perang ini menunjukkan bahwa kekuatan militer masih menjadi faktor penting dalam hubungan internasional dan hukum internasional tidak selalu cukup untuk mencegah agresi. Stabilitas dan prediktabilitas hubungan internasional semakin menjauh dari kepastian.

Dampak lain dari perang ini adalah krisis energi dan pangan global. Rusia dan Ukraina merupakan eksportir utama bahan pangan dan energi dunia. Perang tentu mengganggu pasokan komoditas penting ini sehingga menyebabkan lonjakan harga yang tinggi.

Kita mungkin masih ingat dengan kejatuhan pemerintahan di Pakistan akibat mahal dan langkanya kebutuhan pokok yang diimpor dari kedua negara yang berperang itu. Negara-negara  berpendapatan rendah secara umum terkena dampak paling parah karena ketergantungan mereka yang besar terhadap impor pangan dan bahan bakar.

Sementara itu, krisis energi di Eropa juga dapat memicu resesi ekonomi di kawasan tersebut. Pemulihan global pasca-pandemi terancam terhambat akibat guncangan ekonomi dan geopolitik dari perang Rusia-Ukraina.  

shutterstock
shutterstock

Terlepas dari dampak langsungnya terhadap Eropa Timur, perang ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang potensi konflik meluas atau spillover ke kawasan lain, termasuk Asia Tenggara. Sejumlah analis memperingatkan bahwa keberanian Tiongkok untuk merebut Taiwan dengan cara invasi militer bisa saja meningkat pasca-Ukraina.

Ketegangan di Semenanjung Korea atau Laut Tiongkok Selatan juga berisiko memicu insiden bersenjata. Jika terjadi perang AS-Tiongkok atau Korea Utara misalnya, maka kawasan Asia Tenggara akan terkena imbasnya, baik dalam bentuk gangguan rantai pasok, lonjakan harga energi, hingga potensi krisis pengungsi.

Stabilitas ekonomi dan politik negara-negara ASEAN dapat terancam apabila perang di Eropa Timur menjalar ke Asia Timur dan Asia Tenggara. Pemerintah negara-negara ASEAN harus waspada dan menyiapkan skenario terburuk sembari terus mendorong deeskalasi konflik melalui diplomasi dan dialog.

ASEAN perlu waspada untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dan diplomatiknya. ASEAN harus waspada terhadap potensi spillover dari perang di Ukraina di kawasan Indo-Pasifik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun