Meski begitu, populisme Anies dengan mengusung gagasan 'perubahan' memang lebih leluasa menciptakan branding melawan pemerintah ketimbang capres Ganjar Pranowo.Â
Sementara itu, Ganjar baru menemukan positioning-nya melawan dan mengkritik pemerintahan Jokowi setelah cawapres-nya mengundurkan diri dari Kabinet pemerintahan Jokowi.
Pada beberapa kesempatan, populisme Anies tampaknya lebih menarik reaksi publik. Terbukti elektabilitas Anies di beberapa survei tampak menunjukkan trend meningkat. Sebaliknya, populisme tampaknya belum menunjukkan hasil memuaskan.
Seperti dua capres lainnya, strategi populisme ini berpotensi ampuh meningkatkan elektabilitas dan merangkul suara masyarakat menjelang hari pencoblosan.Â
Yang paling penting, ketiga capres akan memperoleh pembuktian terhadap populisme mereka ketika rakyat menentukan pilihannya pada pilpres 14 Februari 2024.