Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Populisme Anies Baswedan Melalui Gagasan Perubahan

13 Februari 2024   01:21 Diperbarui: 13 Februari 2024   01:27 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT598HXEGr2M6vZHBQbOKkwA8z-ikXB5cWz9g&usqp=CAU

Selain itu, Aspinall (2020) melihat pendekatan patronase dan transaksional yang dibangun Anies dengan organisasi keagamaan konservatif makin mempersempit ruang demokrasi deliberatif dan mengancam keberagaman suara di Indonesia.

Anies dan Jokowi
Jika dicermati lebih seksama, populisme Anies ternyata mirip dengan Jokowi ketika menjadi capres pada 2014. 

Mereka berdua mengedepankan tagline, janji, dan agenda yang sifatnya 'perubahan' , seperti Jokowi-JK dulu dengan Jalan Perubahan dan sekarang giliran Anies dengan Arah Baru Perubahan.

Anies dan Jokowi sama-sama mencoba memanfaatkan formulasi retorika yang bersahaja, slogan yang sederhana dan mudah diingat, mengunjungi  berbagai daerah di Indonesia demi meraih simpati publik.

Baik Jokowi 2014 dan Anies 2024 merupakan sosok politisi pendatang baru non-elitis yang berusaha mengusung visi anti-status quo. Meski latar belakang kemunculan politik mereka tidak sepenuhnya identik.

Namun demikian, beberapa persamaan di atas tidak bisa diartikan bahwa populisme ala Anies  sepenuhnya mengikuti jejak sukses Jokowi.  Ada beberapa faktor yang perku diperhatikan. Faktor-faktor itu meliputi, misaknya, basis politik, koalisi partai, dan situasi sosial-politik pilpres 2024 sudah sangat berbeda ketimbang 2014. 

Kenyataan di atas dapat  mengindikasikan bahwa tingkat kesuksesan populisme Anies bisa jadi akan sangat kontras dengan Jokowi di periode lalu itu.

Tantangan
Gaya populisme Anies tampaknya berisiko meredukai demokrasi inklusif di Indonesia demi kepentingan politik jangka pendeknya.

Maka peran pengawasan dari civil society dan institusi demokrasi menjadi penentu agar populisme Islam ala Anies tidak melahirkan gejala interupsi demokrasi dan intoleransi di Indonesia ke depannya.

Anies memang piawai memanfaatkan isu-isu aktual yang dekat dengan kehidupan warga negara dengan cara pengemasan emosional, menjanjikan beragam solusi instan menggiurkan meski tak selalu realistis, hingga membangun citra antagonistik terhadap rezim yang berkuasa.

Pada dua debat pertama capres, Anies tampak sangat ngotot menyerang Prabowo. Melalui narasi orang kaya-miskin, penguasa-rakyat, serta berbagai isu politik, Anies kentara sekali memojokkan Prabowo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun