Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Mindful Eating" Melawan Konsumerisme?

11 Februari 2024   21:36 Diperbarui: 11 Februari 2024   21:43 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://portalpurwokerto.pikiran-rakyat.com/

Ini sangat berbeda dengan cara mengonsumsi kebanyakan orang zaman now yang cenderung menganggap enteng ritual makan. Makan sambil nonton, main HP, bahkan sambil menyetir mobil atau motor sudah biasa kita saksikan sehari-hari. Akibatnya banyak makanan terbuang sia-sia karena dianggap sepele.

Kedua, lewat mindful eating kita jadi makan secukupnya, tidak berlebihan. Dengan penuh kesadaran, kita mengunyah makanan. Kita jadi lebih peka terhadap rasa kenyang.

Kita berhenti makan begitu sudah merasa cukup atau sebelum benar-benar kekenyangan. Ini sangat kontras dengan pola makan rakus demi memuaskan lidah dan hasrat sesaat.

Ketiga, mindful eating secara langsung melatih kita untuk bersabar dan tidak terburu-buru. Praktek ini merupakan kebalikan dari budaya makan cepat atau fast food yang kini merajalela.

Fast food boleh sedap dan bikin ketagihan, namun dampak buruknya pada kesehatan sudah terlanjur terbukti. Dengan mindful eating, kita belajar menyantap makanan secara perlahan tapi pasti, tanpa tergesa oleh hasrat lapar yang membuncah.

Keempat, mindful eating mampu menguatkan kendali diri kita. Orang yang makan dalam kondisi lengah atau terburu-buru cenderung kehilangan kontrol dan makan berlebihan.

Sementara itu, mindful eating membuat kita jadi jauh lebih sadar dan bisa mengontrol porsi makan kita secara alamiah. Kendali diri ini penting untuk melawan gaya hidup konsumerisme yang selalu mendorong manusia modern untuk terus mengonsumsi.

Kelima, mindful eating berhasil memupuk rasa syukur pada makanan. Ketika kita mulai bisa mengecap cita rasa makanan secara penuh kesadaran, itu secara otomatis menumbuhkan rasa kagum dan apresiasi pada yang Maha Kuasa.

Kita jadi semakin mensyukuri setiap hidangan di meja makan kita, bukannya menuntut dan berkeluh kesah seperti perilaku konsumen pada umumnya. Kegiatan makan bukan lagi semata memenuhi nafsu lapar yang harus cepat selesai, tetapi menjadi semacam 'ritual' yang ditunggu.

Tidak perlu mencari contoh jauh ke Jepang dalam bentuk ritual minum teh. Cobalah mampir ke angkringan di Jokja. Bisa juga menikmati mie godhok jauh ke pelosok Bantul.

Juga tak perlu ke resto atau cafe mahal. Jangan-jangan, praktek mindful eating bisa dilakukan di warung-warung di sekitar rumah anda. Fokus saja menikmati makanan atau ngobrol dengan teman soal makanan itu, tanpa diganggu gadget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun