Populisme memang bukan 'barang' baru dalam politik di berbagai negara. Di tingkat global, populisme terbukti dapat membawa sejumlah politisi memperoleh kekuasaan politik, misalnya Viktor Orban, Jaroslaw Kaczynski, dan Robert Fico di Eropa. Contoh lainnya adalah kemenangan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.
Sebagai sebuah strategi politik, populisme juga telah dipraktekkan di Indonesia sejak pemilihan presiden (pilpres) 2014 dan 2019. Ketika itu dua kandidat yang bertarung mengusung dua model populisme nasionalis yang berbeda. Mereka berdua adalah Prabowo Subianto dan Joko Widodo.
Dalam Competing populism in post-authoritarian Indonesia (2017), Hadiz dan Robinson menjelaskan bahwa pemimpin populis muncul di Indonesia sebagai bentuk protes atas masalah ketidakadilan struktural yang tidak pernah disentuh sejak demokrasi desentralisasi diterapkan di 1998.
Pilpres 2024 mempertontonkan bagaimana pendekatan populisme dipakai ketiga calon presiden dalam berbagai bentuk yang berbeda. Populisme capres Prabowo tampak pada program makan siang dan susu gratis.
Lalu, capres Ganjar Pranowo menggunakan populisme pada program internet gratis. Sedangkan, capres Anies Baswedan menjanjikan branding 'perubahan' untuk merebut suara rakyat.
Ganjar Pranowo telah menunjukkan pendekatan populis yang kuat dalam kampanyenya untuk Pilpres 2024. Pendekatan ini mencerminkan komitmennya untuk memperjuangkan kepentingan rakyat dan menunjukkan bagaimana ia menggunakan populisme sebagai alat dalam politiknya.
Populisme, dalam konteks ini, merujuk pada pendekatan politik yang berfokus pada kepentingan dan aspirasi rakyat biasa, seringkali dengan mengidentifikasi diri sebagai bagian dari rakyat yang berjuang melawan elit.
Bahkan, populisme adalah kritikan atas sistem demokrasi representatif yang gagal menciptakan keadilan sosial dan menjadi penyambung lidah rakyat yang diwakilinya. Populisme selalu ditandai dengan sikap anti elitisme dan anti-establishment. Terkadang populisme juga selalu ditandai dengan sikap antipluralisme, seperti dipraktekkan Trump di AS.
Ganjar telah menggunakan pendekatan ini dengan efektif, dengan menunjukkan empati dan pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyat.
Gubernur Populis
Salah satu contoh paling jelas dari pendekatan populis Ganjar adalah program-program yang dirancang untuk memberikan manfaat langsung kepada rakyat.
Misalnya, program internet gratis, yang dirancang untuk memberikan akses internet kepada masyarakat, khususnya pelajar dan UMKM. Ganjar berpendapat bahwa program ini dapat membantu mengatasi kesenjangan digital di Indonesia.
Beberapa kebijakan Ganjar Pranowo saat menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah bisa dianggap populis, antara lain:
- Bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) telah memberikan bantuan kepada masyarakat yang tinggal di rumah tidak layak huni.
- Insentif Guru Keagamaan bertujuan memberikan insentif kepada guru-guru keagamaan.
- Program Tuku Lemah Oleh Omah memungkinkan masyarakat untuk membeli tanah dan mendapatkan rumah.
- Pembangunan Mal Pelayanan Publik (MPP). Di program ini, Ganjar telah membangun 28 Mal Pelayanan Publik (MPP) di Jawa Tengah.
- Penerapan E-Governance untuk meningkatkan kualitas pemerintahan, mengurangi risiko korupsi, kolusi, dan nepotisme.
- Kurikulum Antikorupsi dan Desa Antikorupsi. Ganjar mengubah pola promosi jabatan menjadi lebih transparan dan selektif, membuat kurikulum antikorupsi, serta membuat desa antikorupsi.
- Lapak Ganjar mampu membantu para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) memasarkan produk mereka secara online.
Semua kebijakan ini dirancang untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, sesuai dengan pendekatan populis Ganjar Pranowo.
Program-program populis Ganjar telah menunjukkan beberapa dampak positif, seperti: penurunan angka kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan, dan peningkatan infrastruktur desa pada 2022, jika dibandingkan dengan kondisi pada awal Ganjar menjabat sebagai orang nomor 1 di Jawa Tengah pada 2013.
Lebih lanjut, populisme Ganjar ternyata tidak hanya terbatas pada program-program yang memberikan manfaat langsung kepada rakyat. Ia juga telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk memperjuangkan keadilan sosial dan memastikan bahwa setiap warga negara mendapatkan hak dan kesempatan yang sama.
Ini tercermin dalam berbagai inisiatifnya, seperti peningkatan akses ke pendidikan dan kesehatan, penciptaan lapangan kerja, dan pemberantasan kemiskinan.
Selain itu, Ganjar juga telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk memperjuangkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Ia berkomitmen untuk memperkuat lembaga anti-korupsi dan memastikan bahwa mereka dapat bekerja secara efektif dan independen.
Ganjar percaya bahwa pemberantasan korupsi adalah kunci untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan efisien.
Selain itu, Ganjar juga dikenal karena sikapnya yang tegas terhadap bawahannya yang dianggap lalai atau melakukan kesalahan dalam pelayanan publik.
Ganjar juga dikenal karena kedekatannya dengan rakyat. Misalnya, ia kerap membagikan foto-foto kedekatannya dengan rakyat Jawa Tengah di akun media sosialnya dan menginap di rumah masyarakat setempat saat kampanye.
Kritik
Meskipun pendekatan populis Ganjar tampaknya populer dan menarik bagi banyak orang, ada juga kritik terhadap pendekatan ini. Beberapa orang berpendapat bahwa program-program ini hanya bertujuan untuk menarik dukungan dari rakyat, tetapi tidak cukup berfokus pada isu-isu struktural yang lebih dalam.
Misalnya, ada kritik bahwa program internet gratis tidak cukup untuk mengatasi kesenjangan digital di Indonesia, dan bahwa solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan diperlukan.
Masalah lain adalah minimnya sosialisasi keberhasilan kebijakan-kebijakan populis pada saat menjabat Gubernur itu di berbagai kampanye atau debat publik di pilpres 2024, termasuk di televisi. Padahal keberhasilan itu adalah bukti capaian kinerja Ganjar yang membawanya menjadi seorang capres sekarang.
Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa Ganjar telah berhasil memanfaatkan pendekatan populisnya untuk membangun dukungan yang kuat di kalangan rakyat.
Dengan program-programnya yang berfokus pada kepentingan rakyat, Ganjar telah menunjukkan bahwa populisme dapat digunakan sebagai alat yang efektif dalam politik.
Hanya waktu yang akan menentukan apakah pendekatan populis Ganjar akan cukup untuk membawanya memenangkan Pilpres 2024 dan apakah program-programnya akan berhasil diimplementasikan dan memberikan manfaat nyata bagi rakyat Indonesia.
Apapun hasilnya, tidak dapat dipungkiri bahwa Ganjar telah memberikan kontribusi penting dalam membentuk wajah politik Indonesia saat ini.
Seperti capres lainnya, manjur tidaknya pendekatan atau program-program populis itu akan dibuktikan dengan suara rakyat pada pilpres 14 Februari 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H