Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Indonesia dan Geopolitik Uang Digital

16 Januari 2024   13:17 Diperbarui: 24 Januari 2024   00:00 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.ledgerinsights.com/

Otoritas Moneter

Agar tidak ketinggalan, bank sentral di berbagai negara ikut mengembangkan mata uang digital bank sentral atau CBDC. Tren ini menandakan persaingan baru dalam geopolitik dan geoekonomi antar-negara.

China tampil sebagai pelopor dengan meluncurkan sistem pembayaran cross-border menggunakan yuan digital. Hal ini berpotensi menggeser dominasi dolar AS dan sistem SWIFT yang mendukungnya. Sebagai tandingan, AS dan negara-negara G7 juga berencana memiliki mata uang digital sendiri.

Mata uang digital akan bergerak melintasi perbatasan internasional, berpotensi mengungkapkan informasi yang berbahaya bagi kepentingan individu, perusahaan, atau nasional. Amerika Serikat dapat memainkan peran penting dalam mendorong teknologi terbuka dan kolaboratif yang melindungi data ini.

Peran lainnya adalah menegakkan standar privasi, keamanan, dan mempertahankan auditabilitas yang sah di dunia ekonomi digital. Perkembangan global uang digital memperlihatkan ketertinggalan AS dari negara-negara lain dalam pertimbangannya tentang CBDC.

Indonesia

Upaya Bank Indonesia dan bank sentral negara lainnya mengembangkan rupiah digital dan mata uang digital lainnya sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari tren transisi moneter global yang sedang berlangsung.

Fenomena metaverse, NFT, dan perdagangan melalui e-commerce memperlihatkan pertumbuhan digital dalam perekonomian global. Berbagai transaksi finansial dan aktivitas perdagangan banyak yang kini berlangsung di ranah maya dan digital.

Sementara di saat yang sama, mata uang kripto juga makin populer meskipun volatilitasnya tinggi. Kecenderungan ini menimbulkan dilema bagi negara-negara seperti Indonesia. 

Di satu sisi, uang digital menawarkan peluang pertumbuhan ekonomi digital yang besar, namun juga berpotensi mengganggu stabilitas moneter di tingkat domestik dan internasional.

Dengan perkembangan itu, berbagai bank sentral ---termasuk BI--- berupaya mengembangkan mata uang digital versi mereka sendiri. Ini dilakukan baik sebagai antisipasi tren digitalisasi moneter global, sekaligus untuk mempertahankan peran mata uang negara di tengah gempuran uang kripto swasta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun