Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Indonesia sebagai Middle Power dalam Kerjasama Selatan-Selatan

12 Januari 2024   12:35 Diperbarui: 14 Januari 2024   01:58 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menlu RI Retno Marsudi (pertama kiri) menghadiri pertemuan para menlu (FMM) G20 di New Delhi, India, pada Kamis (2/3/2023). (Dokumentasi ANTARA/HO-Kemlu RI)

Perspektif Global South memandang bahwa negara-negara berkembang di belahan Selatan memiliki sejarah dan pengalaman kolonialisasi serta eksploitasi ekonomi politik yang serupa oleh negara-negara utara. Solidaritas dan kerjasama di antara negara-negara Selatan menjadi penting untuk meningkatkan kemandirian, kedaulatan dan posisi tawar Global South terhadap dominasi negara maju di utara dalam institusi dan rezim internasional yang ada.

Dalam konteks lain, kepemimpinan Indonesia di ASEAN juga berpengaruh pada berbagai kerja sama dengan negara-negara mitra ASEAN dengan wilayah Asia Tenggara hingga Indo-Pasifik. Berbagai sektor kerja sama telah dilakukan, sehingga kebijakan luar negeri tidak hanya menjadi wilayah khusus kementerian luar negeri.

Hubungan Internasional pada saat ini bersifat lintas-sektor dan melibatkan berbagai kementerian di setiap negara di bawah koordinasi kementerian luar negeri. Peran itu memungkinkan Indonesia menyuarakan kepentingan kolektif negara berkembang. Tujuan akhirnya adalah menghindari dominasi negara utara serta reformasi global governance agar lebih adil bagi negara selatan.

Optimalisasi atau peningkatan peran dan posisi Indonesia dalam KSS tentu saja sangat diperlukan. Upaya yang lebih besar memang masih diperlukan untuk meningkatkan skala pendanaan dan koordinasi antar-institusi pelaksana di tiap-tiap negara. Dengan cara itu, middle power diplomacy Indonesia dapat dijalankan secara lebih optimal demi kemajuan dan kesejahteraan negara-negara selatan.

Sayangnya, debat ketiga capres 7 Januari 2024 lalu kurang dapat mengelaborasi pandangan para capres soal peran itu. Tugas strategis itu berada di tangan salah satu capres yang bakal terpilih sebagai presiden baru Indonesia.

KSS memerlukan kepemimpinan yang fokus dan konsisten agar Indonesia makin diakui sebagai emerging regional and global leader yang sukses memperjuangkan representasi dan aspirasi kolektif negara-negara Selatan di pentas dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun