4. Menyoroti tantangan global seperti pandemi, perubahan iklim, dan ancaman hibrida yang perlu penanganan serius dari Indonesia.
5. Mendorong optimalisasi peran diplomasi Indonesia dalam politik luar negeri.
Sementara itu, perbedaan mereka lebih terletak pada strategi dan penekanan pada isu-isu tertentu yang kemudian menjadi prioritas masing-masing calon presiden. Beberapa perbedaan itu, misalnya, adalah:
1. Ganjar lebih menekankan pada diplomasi ekonomi dan pemanfaatan potensi nasional seperti menjadi lumbung pangan dunia.
2. Anies lebih fokus pada diplomasi berbasis nilai-nilai universal dan peningkatan citra global Indonesia melalui soft power.
3. Prabowo menekankan reformasi PBB agar lebih efektif menyelesaikan konflik global dan mendorong Indonesia sebagai contoh negara demokratis.
4. Ganjar dan Anies lebih vokal soal agendasiasi perlindungan tenaga kerja Indonesia (PMI) di luar negeri, sedangkan Prabowo tidak.
5. Anies lebih menonjolkan gagasan Indonesia sebagai kekuatan yang memberi solusi, bukan sekadar bertransaksi atas dasar kepentingan sesaat.
Meski demikian, pada intinya ketiga calon sepakat bahwa politik luar negeri Indonesia ke depan harus bertumpu pada kepentingan nasional dan berkontribusi aktif dalam tata kelola global.Â
Ketiga calon presiden memiliki pandangan yang searah dalam hal mempertahankan politik luar negeri bebas-aktif dan mengoptimalkan peran Indonesia di kancah global.
Dengan memanfaatkan posisi Indonesia sebagai kekuatan menengah baru (middle power), politik luar negeri bebas-aktif diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sekaligus memperkuat solidaritas dan persahabatan internasional.