Dengan berakhirnya Pertemuan Menteri Luar Negeri (Menlu) ASEAN yang ke-56, berbagai pihak semakin memahami arti penting ASEAN memperkuat peran sentralnya pada forum-forum regional. Forum regional itu berpusat pada ASEAN dan melibatkan partisipasi berbagai negara mitra ASEAN. Amerika Serikat (AS), China, dan Rusia menjadi beberapa negara yang sangat berkepentingan dengan sikap ASEAN.
Yang paling menarik adalah bahwa KTT Menlu ASEAN itu menyarankan upaya-upaya strategis untuk mencari solusi bagi berbagai masalah yang dihadapi kawasan Asia Tenggara. Himbauan ini sangat penting mengingat perhatian ASEAN selama ini lebih difokuskan pada pada prosedur atau mekanisme untuk mendorong sentralitas ASEAN.
Bahasan utama mengenai sentralitas ASEAN selalu menjadi semacam pilar mendasar bagi organisasi regional satu-satunya di kawasan ini. Bersanding dengan konsep sentralitas itu adalah konsep netralitas ASEAN terhadap berbagai isu regional dan global, seperti persaingan antara AS-China dan perang Rusia-Ukraina.Â
Bagi Indonesia sebagai pemimpin ASEAN pada 2023 ini, konsep sentralitas dan netralitas ASEAN seringkali dimaknai sebagai dasar bagi interaksi di antara negara-negara anggota dan antara mereka dengan negara-negara mitra. Presiden Indonesia, Joko Widodo, dan Menlu Retno Marsudi berulangkali menegaskan prinsip ASEAN sebagai pemain utama di kawasan ini dan kawasan Asia Tenggara bukan medan persaingan kepentingan di antara negara-negara besar itu.
Walaupun bukan merupakan pertemuan di antara para pemimpin (Konperensi Tingkat Tinggi/summit) di kawasan, pertemuan Menlu ASEAN ini tetap tidak kehilangan urgensinya. Pertemuan itu bahkan menjadi semacam forum pendahuluan bagi para Menlu untuk menegaskan kebijakan luar negeri di antara negara-negara yang berkepentingan pada ASEAN. Acara ini melibatkan 24 pertemuan yang menghasilkan 28 dokumen program kerja dan komunike bersama.Â
Melalui pertemuan Menlu itu, ASEAN berhasil menunjukkan relevansinya melalui pendekatan diplomasi, yaitu dialog yang melibatkan banyak pihak. Dialog itu tampak pada pertemuan Menlu Indonesia dengan China dan Rusia, baik secara bilateral maupun trilateral.Â
Selain itu, dialog itu menegaskan sikap ASEAN yang tidak memihak pada satu pihak saja. Sebaliknya, dialog juga menjalin hubungan dekat dengan berbagai negara, termasuk Australia dan Amerika Serikat.Â
Berkaitan dengan dua negara besar itu, ASEAN masih perlu lebih jelas dan tegas dalam menyampaikan pandangannya mengenai Indo-Pasifik (AOIP). Kerja sama ASEAN dengan organisasi kawasan lain dan negara-negara besar itu tidak dapat dipungkiri harus diarahkan sesuai dengan penerapan AOIP dan peran sentral ASEAN. Penegasan itu diharapkan dapat menyelaraskan tujuan-tujuan ASEAN Â dengan agenda global.
Langkah positif lainnya adalah upaya para Menlu ASEAN mengatasi masalah-masalah, seperti perbatasan antara negara-negara anggota dan negara lain, serta isu penangkapan ikan secara ilegal. Masalah lainnya adalah isu kelautan ASEAN dan ide pembentukan satuan polisi air ASEAN dapat membantu menurunkan ketegangan dan mencapai demiliterisasi di Laut China Selatan.Â