Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Kuliah Pertama: Sebaiknya Menarik, tetapi Santai di Zaman ChatGPT

18 Februari 2023   21:39 Diperbarui: 24 Februari 2023   05:56 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dosen mengajar kuliah. (Pexels.com/Fauxels via grid.id)

Kuliah pertama di kampus menjadi kegiatan mengajar yang menarik dan penuh semangat jika dilakukan secara santai. Kuliah pertama tentu saja sangat berbeda dengan kuliah terakhir. Kuliah pertama tidak seberat dan selama dibandingkan dengan kuliah kedua dan seterusnya.

Tidak berat dan tidak lama dalam pengertian bahwa kuliah pertama hanya bersifat pengantar. Ibarat sebuah buku, maka kuliah pertama adalah bagian pendahuluannya. Melalui kuliah pertama itu, seorang dosen harus mempersiapkan diri agar kuliah itu berkesan bagi dosen itu sendiri dan mahasiswanya.

Karena sifatnya sebagai pengantar, maka kuliah pertama biasanya berisi perkenalan. Kegiatan kelas di kuliah pertama meliputi perkenalan dosen dan mata kuliah. Setiap dosen memiliki cara khas untuk memperkenalkan diri kepada mahasiswa.

Namun demikian, perkenalan seorang dosen tidak semata terbatas pada pribadinya. Seorang dosen juga perlu memperkenalkan berbagai hasil karya tulisnya, termasuk penelitian, selama ini. Berbagai hasil karya itu bisa berkaitan secara langsung dan tidak langsung dengan matakuliah yang diajarkan.

Tidak ada maksud pamer dalam memperkenalkan karya tulis dosen, namun lebih sebagai pertanggungjawaban publik. Sekian tahun menjadi dosen, maka dosen itu telah menulis, meneliti, dan bicara apa saja mengenai matakuliah itu.

Selain itu, kuliah pertama itu ibarat pandangan pertama. Kuliah itu harus mengesankan bagi dosen dan mahasiswa. Pada pandangan pertama itu, seorang dosen perlu mengetahui situasi kelas dan kondisi mahasiswa. 

Satu hal penting yang perlu selaku diingatkan dan mungkin juga dilupakan adalah pandemi Covid-19. Kita semua tidak boleh lupa tentang bagaimana Covid-19 telah mengubah banyak hal kehidupan manusia. 

Ingatan itu tetap perlu dirawat agar kita menjadi lebih bijak menghadapi situasi tidak terduga. Memakai masker menjadi sesuatu yang biasa. Jika sedang sakit (ringan) dan tetap ikut kuliah, maka disarankan memakai master. Walaupun pemakai masker tidak selalu menderita sakit. 

unisbank.ac.id
unisbank.ac.id

Melalui kuliah pertama itu, seorang dosen akan menatap mata para mahasiswanya untuk berinteraksi. Baku mata itu antara dosen dan mahasiswa itu sangat penting. Tujuan awalnya adalah agar dosen bisa memahami suasana kelas. 

Misalnya, sejauh mana dosen bisa mengelola kelas? Ada aksi dosen dan reaksi mahasiswa ketika sang dosen memberikan deskripsi singkat mengenai perkuliahan di bidang studi tertentu.

Demikian pula sebaliknya, kuliah pertama menjadi arena mahasiswa untuk menguji 'kekuatan' dosen mereka. Apakah dosennya adalah seorang muda yang pemalu, atau dosen setengah matang yang sok berkuasa di kelas, atau dosen tua berpengalaman yang sering ketinggalan update teknologi di zaman serba chatGPT kini.

Kata "kekuatan" yang disematkan pada dosen itu bukan persenjataan militer milik dosen. "Kekuatan" itu lebih berarti kemampuan dosen memahami mata kuliah yang diajarkan. Karya tulis berbentuk paper, tulisan opini koran, atau tulisan di blog Kompasiana.com menjadi modal dasar bagi pengetahuan dosen tentang mata kuliah itu.

Lebih jauh, "kekuatan" seorang dosen sangat terkait dengan sejauh mana dosen update dengan perkembangan terkini dari mata kuliah itu. Salah satu update terhadap perkembangan teknologi kekinian adalah chatGPT.

Sebagai sebuah teknologi berbasis internet, chatGPT menawarkan kemudahan bertanya lewat chat mengenai segala sesuatu. Kemunculan chatGPT menimbulkan pro dan kontra di kalangan dosen.

Yang pro-chatGPT berpikiran bahwa teknologi itu adalah sebuah keniscayaan. Kemunculan chatGPT dianggap tidak perlu ditentang, apalagi ditantang. Begitu pula sebaliknya yang kontra.

Perkembangan internet tidak hanya berkisar pada metaverse, cryptocurrency, atau NFT. Namun perkembangan internet juga melahirkan chatGPT dan lain-lain yang memakai artificial intelligent (AI).

Namun demikian, yang jauh lebih penting adalah bagaimana dosen pada kuliah pertama menjelaskan soal sikapnya terhadap penggunaan chatGPT. Bagi mahasiswa, chatGPT sangat bermanfaat untuk membantu mengerjakan tugas-tugas kuliah.

Kuliah pertama memang harus mengesankan agar kuliah-kuliah selanjutnya berjalan lancar dan nyaman. Antusiasme dan senyum harus hadir di kuliah pertama sebagai modal dasar atau landasan penting bagi dosen dan mahasiswa.

Kemunculan chatGPT memang menambahkan tantangan bagi dosen dalam mengajar di kuliah pertama. Tantangan itu tidak mudah, apalagi jika ditambah dengan mahasiswa yang baru saja dua semester ini menjalani kuliah di kampus.

Apapun cara dosen membawakan kuliah pertama, menjadikan kuliah pertama tetap menarik tapi disajikan dengan santai tentu saja menjadi tantangan tersendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun