Beberapa faktor ini dapat mendorong mahasiswa untuk berpikir, bersikap, dan bertindak secara berbeda dibanding pada masa sebelumnya. Memang tidak ada efek mujarab dari faktor-faktor di bawah ini dengan tingkat efikasi tinggi dan berlaku di semua situasi.
Pertama, mahasiswa perlu memahami kontrak kuliah, dalam bentuk silabus atau rencana pembelajaran semester (RPS).
Pada setiap awal kuliah, setiap dosen akan menyampaikan maksud kuliah, tujuan, rencana capaian setelah mahasiswa menyelesaikan kuliah, materi kuliah, hingga komponen nilai dan cara penilaiannya.
Semua itu secara umum dikenal dengan nama kontrak kuliah. Dalam konteks ini, kontrak kuliah termasuk jam berapa kuliah dimulai (jika tidak sesuai jadwal) dan pilihan solusi jika dosen tidak bisa mengajar sesuai jadwal kuliah.
Dengan semua informasi itu, mahasiswa tidak perlu ragu atau kawatir dengan dinamika kelas di jaman sekarang. Mahasiswa juga tidak perlu khawatir bahwa soal ujian berbeda dengan materi kuliah.
Kedua, mahasiswa perlu memahami tingkat pendidikan di perguruan tinggi berbeda dengan di masa sebelumnya. Menjadi mahasiswa adalah proses mendewasakan diri, termasuk kemampuan memahami dirinya dan lingkungan perkuliahan.
Dengan melihat materi kuliah setiap minggu di RPS, mahasiswa dapat memetakan materi perkuliahan. Walaupun pengetahuan mahasiswa masih terbatas, distribusi materi di tiap minggu di RPS dapat menjadi panduan tentang sejauh mana dosen memenuhi atau memberikan materi itu.
Lalu, materi-materi kuliah di RPS dapat memberikan inspirasi bagi mahasiswa memahami matakuliah yang diikutinya. Di Jurusan Hubungan Internasional (HI), matakuliah Teori HI tentu saja memberikan lebih banyak teori ketimbang matakuliah studi wilayah, seperti HI di Asia Tenggara, Afrika, Eropa, atau Timur Tengah.
Teori atau konsep yang diberikan di mata kuliah studi wilayah memang bisa diulang di matakuliah lain. Namun demikian, penerapan teori atau konsep yang sama itu tetap berbeda di setiap studi wilayah. Dengan pengetahuan materi kuliah-kuliah itu, mahasiswa sebenarnya tidak perlu meminta kisi-kisi soal atau pertanyaan di ujian terjadwal.
Bahkan mahasiswa juga dituntut mempersiapkan diri menghadapi ujian atau kuis dadakan. Beberapa dosen mencoba melakukan evaluasi perkuliahan sebelumnya dengan cara memberikan kuis kecil di kelas.