Indonesia akan secara resmi memegang posisi sebagai Chairman ASEAN Â mulai 1 Januari 2023 mendatang. Dalam keketuaannya, Indonesia akan melanjutkan pembahasan tiga isu utama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
Tiga isu utama yang diusung Indonesia sebagai presidensi dalam KTT G20 2022 adalah transisi energi berkelanjutan, transformasi digital, dan arsitektur kesehatan global.
Keberlanjutan pembahasan isu-isu G20 tersebut demi mendorong percepatan pemulihan global paska-pandemi di antara negara-negara anggota ASEAN.Â
Peran sebagai ketua G20 2022 dan ketua ASEAN 2023 sangat menguntungkan Indonesia dalam mendorong konektivitas pembahasan ketiga isu capaian G20 di tingkat regional.
Namun demikian, Indonesia juga tetap membuka peluang besar membahas isu-isu lain di tingkat ASEAN. Salah satu isu mendesak itu tentu saja adalah upaya ASEAN menyelesaikan krisis Myanmar.
Keketuaan Kamboja dianggap paling bertanggung jawab dalam ketidakmampuan ASEAN menyelesaikan krisis Myanmar. Inisiatif Kamboja di luar skenario ASEAN di awal 2022 ini  menjadi salah satu penyebab bagi kontinuitas krisis itu hingga sekarang.
Isu mendesak lain bagi agenda pembahasan ASEAN di 2023 adalah inisiatif regional dalam merespon krisis, seperti pandemi Covid-19. Isu penting lainnya yang historis adalah bertambahnya anggota ASEAN menjadi 11 negara dengan masuknya Timor Leste.
Kelanjutan 2011
Menjadi Ketua ASEAN sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang baru bagi Indonesia. Posisi ini pernah dipegang Indonesia di 2011 pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Keberhasilan pada 2011 itu menjadi capaian strategis bagi pemerintahan kedua SBY.
Pengalaman sebagai Ketua ASEAN 2011 dan G20 2022 menjadikan kapasitas Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Melalui peran dan posisi itu, Indonesia tidak semata menjadi penyelenggara pertemuan tingkat kepala negara atau pemerintahan.
Yang lebih penting adalah Indonesia memiliki struktur kesempatan internasional dalam menentukan agenda pembicaraan di tingkat regional.Â