Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengukur KTT G20 di 2022: Berhasil atau Gagal?

5 November 2022   16:05 Diperbarui: 5 November 2022   18:55 1465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: republicworld.com

Dengan 3 ukuran itu, mana yang mau dipakai? Ada kecenderungan bahwa ukuran yang dipakai untuk menjelaskan keberhasilan atau kegagalan G20 itu bisa menjelaskan posisi pengukurnya. Bagi pemerintah atau kelompok dan individu yang terlibat dalam persiapan KTT G20 sejak awal Desember 2021 lalu, KTT G20 ini tetap berhasil.

Satu faktor yang perlu dipertahikan pada saat ini adalah masih ada waktu bagi pemerintah Indonesia, baik Presiden dan Kementerian Luar Negeri, menjalankan lobi-lobi agar ketiga pemimpin anggota itu dapat segera mengkonfirmasi kehadiran mereka. Walaupun ketidakhadiran pemimpin Ukraina patut disayangkan, namun Indonesia harus tetap memanfaatkan waktu yang masih ada untuk fokus pada penyelenggaraan KTT G20.

Acuan keberhasilan mereka adalah ukuran nomer 2 dan 3 di atas. Walaupun ukuran nomer 2 masih kurang sedikit dalam meyakinkan keberhasilan KTT G20, para penganut ukuran nomer 2 tetep mengapresiasi pemerintah berhasil. 

Bagi nomer 2, ke-17 pemimpin negara yang hadir itu sudah layak dipakai untuk melihat Presidensi Indonesia dianggap berhasil. Apalagi keberhasilan penyelenggaraan KTT G20 dihadapkan pada krisis akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Sementara itu, penjelasan mengenai kebenaran ukuran nomer 1 bisa dibaca ulang pada elaborasi di nomer tersebut di atas. Penganut nomer 1 secara tegas berpandangan bahwa ukuran keberhasilan satu-satunya bagi KTT G20 adalah kehadiran ke-20 pemimpin anggotanya. Jika hanya 17 pemimpin yang hadir tentu saja menghasilkan kegagalan KTT G20.

Tiga ukuran itu bisa saja terlalu simplistis alias menyederhanakan. Ketiga ukuran itu juga amat terbatas, yaitu seolah melupakan ukuran-ukuran lain yang ada. Apalagi jika ada landasan teori atau pendekatan yang lebih khusus atau sektoral. 

Ketiga ukuran itu saya peroleh secara umum dari pemahaman saya mengenai pendekatan arus utama (mainstream) dalam Hubungan Internasional,  yaitu realisme pada nomer 1, liberalisme pada nomer 2, dan konstruktivisme pada nomer 3.

Dalam konteks itu, pemerintah dan berbagai pihak lain, termasuk pendukung dan pengkritiknya, dapat mengklaim keberhasilan dan sebaliknya dari penyelenggaraan KTT G20, termasuk Presidensi Indonesia di G20. 

Semua pandangan yang mengacu pada 3 ukuran dalam tulisan ini adalah sah, tanpa harus saling mengklaim. Dalam tulisan-tulisan di lingkungan kampus, ketiga ukuran itu dapat memberikan manfaat akademis.

Apapun pilihan anda adalah sah secara akademis, walaupun secara politis dapat diperdebatkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun