Melalui pesan ini, Indonesia seolah menegaskan bahwa tuan rumah di G20 telah melakukan tugasnya mengundang semua anggota G20. Sebagai tambahan, presidensi Indonesia juga telah memenuhi permintaan AS dan negara-negara pendukungnya untuk mengundang Ukraina pada KTT G20 itu.
Yang tidak terduga adalah bahwa Jokowi telah melakukan itu secara langsung melalui telepon kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky  untuk datang ke KTT G20. Selanjutnya, telepon Presiden Jokowi juga diterima Presiden Rusia Vladimir Putin dan bersedia hadir pada KTT itu.Â
Persoalan teknis mengenai kehadiran kedua pemimpin dan anggota G20 lainnya secara fisik-langsung atau melalui online/virtual akan ditentukan oleh berbagai pertimbangan lain. Namun demikian, langkah pemerintah Indonesia secara tidak langsung adalah menagih komitmen Presiden Biden.
Yang paling menarik adalah kaitan antara ke(tidak)hadiran Biden terhadap komitmen stabilitas keamanan global. Kesan kedekatan Biden dan Jokowi tampak sangat jelas pada KTT ASEAN-AS itu. Bahkan pada sesi foto bersama mereka berdua berdiri bersebelahan.Â
Kenyataan mengenai Jokowi sebagai Presiden Indonesia dan Koordinator Kemitraan ASEAN-AS  menjadi sebuah blessing in-disguise atau berkah tersembunyi. Berkah itu seakan menempatkan AS dalam posisi untuk menunjukkan komitmennya pada keamanan global.
Sebuah kenyataan yang tidak bisa diabaikan bahwa dominasi AS sedang diganggu China dan Rusia. China sedang menegaskan kekuasaannya di Asia atau Indo-Pasifik. Sedangkan Rusia sedang menantang hegemoni AS di bekas medan Perang Dingin, yaitu Eropa.
Dalam situasi global seperti itu, kedatangan Presiden Biden ke KTT G20 akan menjadi pintu awal keseriusan AS mengembalikan dominasinya di Indo-Pasifik dan Eropa.Â
Melalui ASEAN, Jokowi secara tidak langsung, mengajak lagi AS hadir di Indo-Pasifik untuk menyeimbangkan dominasi kekuatan China.Â
Selain itu, lewat G20 Presiden Jokowi mengajak AS menjadi pendukung perdamaian antara Rusia-Ukraina.Â
Pada KTT ASEAN-AS, kedua kepentingan strategis Jokowi tampaknya sudah disampaikan kepada Biden. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana implementasi dari komitmen dan janji yang sudah disepakati ASEAN dan AS pada KTT itu.Â
Hubungan internasional bersifat cair, sehingga bisa menyebabkan berbagai kesepakatan gagal dijalankan. Namun, hubungan internasional juga penuh dengan kejutan yang tidak bisa diduga. Siapa tahu Presidensi Indonesia di G20 ini dapat mewujudkan kepentingan strategis itu.