Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Dua Kepentingan Strategis Jokowi di KTT ASEAN-AS

15 Mei 2022   20:00 Diperbarui: 16 Mei 2022   09:58 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo bertemu sejumlah tokoh di sela-sela penyelenggaraan KTT Khusus ASEAN-AS di Washington DC, Jumat (13/5/2022). Presiden sempat berbincang dengan PM Vietnam Pham Minh Chinh dan Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim John Kerry.(dok. Sekretariat Presiden)

Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Khusus ASEAN-AS telah berlangsung lancar dan sukses pada 12-13 Mei 2022. Untuk pertama kalinya, para pemimpin ASEAN bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Washington DC , Amerika Serikat (AS). Semua yang hadir merasakan optimisme dari proses dan hasil KTT itu.

Walaupun telah usai, KTT itu memiliki aspek strategis bagi Indonesia dan ASEAN. Dua posisi itu diemban secara bersamaan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi). 

Konsekuensinya adalah Jokowi membawa dua kepentingan strategis sekaligus, yaitu sebagai Presiden Indonesia dan Koordinator Kemitraan ASEAN-AS. 

Kepentingan itu harus disampaikan Jokowi kepada para pemimpin ASEAN-AS yang hadir. Urgensi dari kepentingan itu pada dasarnya berkaitan dengan konteks keamanan di tingkat regional dan global sekarang. 

Kedua kepentingan itu adalah stabilitas wilayah Asia Tenggara dan Presidensi Indonesia di G20. Mengingat kompleksitasnya, kedua kepentingan menjadi tantangan untuk mewujudkannya. 

Kompleksitas itu berkaitan dengan persaingan global di antara aktor-aktor besar di luar kawasan (external major powers) terhadap kedua kepentingan strategis itu.

Stabilitas Kawasan

Isu penting pertama dalam KTT itu adalah stabilitas kawasan Asia Tenggara. Arti penting isu ini khususnya berkaitan dengan kehadiran AS secara lebih serius dalam kerja sama regional dengan ASEAN. Penekanan pada kerja sama regional ini sangat mendasar mengingat ketidakjelasan AS dalam partisipasi regionalnya. 

Catatan ketidakjelasan AS dapat dirujuk pada berkurangnya kehadiran negara paman Sam itu di kawasan ini. Lima tahun pemerintahan Presiden Donald Trump menjadi bukti nyata. Berkurangnya partisipasi AS tidak hanya di bidang keamanan regional, namun juga pada kerja sama ekonomi dan kesehatan di masa pandemi Covid-19. 

Konsekuensi dari posisi AS itu menjadi sangat berat bagi ASEAN. Hal ini mengingat kehadiran AS di kawasan Asia Tenggara memiliki tujuan strategis, yaitu mengimbangi peningkatan kekuatan China. Salah satu bukti kekuatan China adalah kemampuan Cina membentuk kerja sama ekonomi regional di Asia melalui skema Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di akhir 2020.

m.republika.co.id
m.republika.co.id

Di sektor keamanan regional, AS memang masih hadir mendukung perdamaian kawasan. Dalam konflik Laut China Selatan, armada angkatan laut AS tetap hadir diikuti negara-negara pendukungnya. Namun demikian, kehadiran tersebut belum bisa dianggap sebagai dukungan strategis AS kepada ASEAN.

Sebagai satu-satunya organisasi regional di Asia Tenggara, ASEAN kurang mendapatkan perhatian serius dari pemerintah AS. Hadir lima tahun ini posisi Duta Besar AS untuk ASEAN kosong. Sebaliknya, China, Uni Eropa, dan berbagai negara besar lain memiliki perwakilan tetap setingkat duta besar bagi ASEAN.

Kenyataan itu membuat capaian kemitraan strategis antara ASEAN-AS pada KTT 2022 ini menjadi sangat mendesak bagi kedua pihak. Kemitraan itu bukan di tingkat bilateral seperti Singapura-AS dan seterusnya, namun lebih di tingkat regional. Apalagi AS berkomitmen memberikan dukungan sebanyak 150 miliar dolar kepada ASEAN. 

Ada anggapan bahwa kerja sama ekonomi lebih dimungkinkan ketimbang kerja sama politik-pertahanan. Namun bagi saya, kerja sama kedua bukannya sesuatu yang tabu. 

Bagi ASEAN, rambu-rambu kerja sama itu adalah tetap mendukung sentralitas ASEAN. Organisasi regional ini juga tidak ingin kawasan Asia Tenggara menjadi aren persaingan kekuatan antara AS dan Cina.

Dalam perkembangan terakhir demi merespon dampak dari perang Rusia-Ukraina, maka ASEAN menegaskan sikap netralnya kepada perang itu. Bahkan Presiden Jokowi sebagai Koordinator kemitraan ASEAN-AS meminta agar perang Rusia-Ukraina segera dihentikan.

Presidensi G20

Kepentingan strategis kedua bagi Presiden Jokowi adalah memanfaatkan KTT itu bagi kesuksesan KTT G20 pada akhir 2022. Pada foto yang beredar di berbagai media tampak secara jelas pesan Jokowi pada buku tamu KTT. Pesan pertama adalah peningkatan kemitraan ASEAN-AS, seperti diuraikan pada bagian di atas. 

Sumber: www.inews.id
Sumber: www.inews.id

Lalu, pesan kedua adalah posisi Indonesia menunggu Presiden AS Joe Biden pada KTT G20 di Denpasar, Bali, pada Oktober mendatang. Pesan kedua ini merupakan kepentingan strategis Indonesia dalam hubungan bilateral Indonesia dan AS. 

Melalui pesan ini, Indonesia seolah menegaskan bahwa tuan rumah di G20 telah melakukan tugasnya mengundang semua anggota G20. Sebagai tambahan, presidensi Indonesia juga telah memenuhi permintaan AS dan negara-negara pendukungnya untuk mengundang Ukraina pada KTT G20 itu.

Yang tidak terduga adalah bahwa Jokowi telah melakukan itu secara langsung melalui telepon kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky  untuk datang ke KTT G20. Selanjutnya, telepon Presiden Jokowi juga diterima Presiden Rusia Vladimir Putin dan bersedia hadir pada KTT itu. 

Persoalan teknis mengenai kehadiran kedua pemimpin dan anggota G20 lainnya secara fisik-langsung atau melalui online/virtual akan ditentukan oleh berbagai pertimbangan lain. Namun demikian, langkah pemerintah Indonesia secara tidak langsung adalah menagih komitmen Presiden Biden.

Yang paling menarik adalah kaitan antara ke(tidak)hadiran Biden terhadap komitmen stabilitas keamanan global. Kesan kedekatan Biden dan Jokowi tampak sangat jelas pada KTT ASEAN-AS itu. Bahkan pada sesi foto bersama mereka berdua berdiri bersebelahan. 

Kenyataan mengenai Jokowi sebagai Presiden Indonesia dan Koordinator Kemitraan ASEAN-AS  menjadi sebuah blessing in-disguise atau berkah tersembunyi. Berkah itu seakan menempatkan AS dalam posisi untuk menunjukkan komitmennya pada keamanan global.

Sebuah kenyataan yang tidak bisa diabaikan bahwa dominasi AS sedang diganggu China dan Rusia. China sedang menegaskan kekuasaannya di Asia atau Indo-Pasifik. Sedangkan Rusia sedang menantang hegemoni AS di bekas medan Perang Dingin, yaitu Eropa.

Dalam situasi global seperti itu, kedatangan Presiden Biden ke KTT G20 akan menjadi pintu awal keseriusan AS mengembalikan dominasinya di Indo-Pasifik dan Eropa. 

Melalui ASEAN, Jokowi secara tidak langsung, mengajak lagi AS hadir di Indo-Pasifik untuk menyeimbangkan dominasi kekuatan China. 

Selain itu, lewat G20 Presiden Jokowi mengajak AS menjadi pendukung perdamaian antara Rusia-Ukraina. 

Pada KTT ASEAN-AS, kedua kepentingan strategis Jokowi tampaknya sudah disampaikan kepada Biden. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana implementasi dari komitmen dan janji yang sudah disepakati ASEAN dan AS pada KTT itu. 

Hubungan internasional bersifat cair, sehingga bisa menyebabkan berbagai kesepakatan gagal dijalankan. Namun, hubungan internasional juga penuh dengan kejutan yang tidak bisa diduga. Siapa tahu Presidensi Indonesia di G20 ini dapat mewujudkan kepentingan strategis itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun