Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Yogyakarta: Macet Itu Sudah Biasa

8 Mei 2022   18:50 Diperbarui: 9 Mei 2022   10:25 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arus mudik dan balik Lebaran 2022 memang telah membuat macet di berbagai daerah, termasuk Yogyakarta. Walau kawasan kota relatif lengan di dua hari Lebaran lalu, namun setelah itu berbagai daerah wisata dan jalan menuju daerah-daerah itu mengalami kemacetan. 

Jalanan padat merayap dapat ditemukan dengan mudah di berbagai tempat. Penumpukan kendaraan (mobil dan motor) terjadi di banyak lokasi. Bahkan pengunjung ada yang memarkit mobil di bahu jalan di Malioboro. Selain itu, antrean panjang kendaraan dapat dijumpai di berbagai lampu merah di kota ini.

Di satu sisi, kenyataan itu merupakan sesuatu yang biasa di kota Jokja sampai sebelum pandemi Covid-19 di awal 2020. Kebiasaan macet itu biasanya diantisipasi warga Jokja dengan tidak menambah keramaian. Seperti himbauan pemerintah kodya Yogya, warga Jokja memilih tetap di rumah dan menggunakan jalan lain di luar lingkar terdekat dari pusat-pusat keramaian itu.

Namun demikian, di sisi lain, situasi macet juga menimbulkan keluh-kesah pengunjung dan warga lokal. Menjawab keluh-kesah itu merupakan sesuatu yang kompleks dan penuh dilema. Oleh karena itu, tulisan ini bukan merupakan jawaban terhadap keluhan macet itu.

Selain itu, tulisan ini juga bukan sebuah apologi seolah itu bukan masalah. Kemacetan tetap menjadi keluhan, namun kemacetan itu tidak bisa dihindari lagi di masa-masa liburan bagi kota kecil ini, termasuk liburan Lebaran 2022.

Sebelumnya, selama dua tahun pandemi, jalanan di kota pelajar ini relatif lengang. Covid-19 memaksa mahasiswa harus meninggalkan kamar/rumah kost/kontrakan mereka dan pulang ke rumah masing-masing. Akibatnya, jumlah motor yang lalu-lalang di jalanan banyak berkurang

Berbagai aktivitas wisata dan pengunjung kota ini juga dibatasi bahkan dilarang masuk ketika pandemi. Situasi ini juga berlangsung di kota-kota dan, bahkan, negara lain juga. Jokja seolah ditinggalkan wisatawan dan mahasiswa. Sepi dan tanpa aktifitas yang cenderung menyebabkan peningkatan korban Covid-19. 

Sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari bahwa Yogyakarta adalah kota wisata. Tiap musim liburan adalah musim ramai pengunjung, baik wisatawan domestik maupun internasional. Di masa itu, lalu lintas Jokja amat padat, terutama di pusat kota, seperti Kraton dan kawasan sekitarnya. 

Dari ramainya pengunjung dan padatnya lalu lintas itu, kemacetan kota Jokja dan sekitarnya pasti tidak bisa dihindarkan. Banyak titik macet di wilayah kota Jokja, seperti Malioboro dan kawasan Kraton (termasuk Taman Sari, Alun-Alun Utara dan Selatan). 

Kawasan macet lain di kota Jokja adalah daerah sekitar mall, seperti Malioboro Mall dan Galeria Mall. Kota Yogyakarta memiliki luas lebih kecil ketimbang anggapan masyarakat, terutama yang berasal dari luar Yogyakarta. Hanya beberapa kawasan itu saja yang merupakan pusat-pusat ramai kota (kotamadya) Yogyakarta. 

Kawasan lain dan sebagian besar mall-mall lain berada di kawasan Sleman. Ambarukmo Plasa, Hartono Mall di ring road Utara, Jokja City Mall (JCM) di Jl. Magelang (Jamal), dan Sleman City Hall (SCH) itu semua berada di wilayah Kabupaten Sleman.

Dengan pemahaman itu, mengatakan Jokja macet itu sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Bagi para pengunjung, pemahaman tentang Jokja sangat penting agar mengetahui batas kota kecil ini. Dengan cara itu, maka kemacetan tidak bisa semata disematkan pada kota Jokja.

Namun demikian, cara berpikir itu sering dibingungkan dengan kenyataan bahwa Sultan Kraton Yogyakarta adalah penguasa atau pemilik Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Masing-masing kabupaten dan/kotamadya, seperti di daerah lain di Indonesia, dipimpin oleh Bupati dan/atau Walikota.

Kawasan Kraton dan sekitarnya, termasuk Malioboro, Tamansari, dan Alun-Alun Utara dan Selatan, yang kesemuanya itu bisa dimasukkan seperti kawasan Old City alias kota lama. Kalau anda pernah ke negara lain, seperti Ceko dan lain-lain di Eropa, anda mengenal kawasan Old City itu di Praha, misalnya. Kawasan kota lama juga ada di Semarang.

Tata kelola kawasan wisata kota lama bisa saja berbeda dengan kawasan wisata lainnya. Setidaknya mobil tidak bisa berlalu-lalang secara leluasa. Kebijakan itu juga didukung dengan penataan transportasi dan lain-lain. Banyak pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan berbagai kebijakan itu. Kompleks dan perlu waktu, namun bukannya tidak mungkin.

Kembali ke Yogyakarta. Salah satu kawasan terpadat adalah jalan utama menuju beberapa daerah wisata. Misalnya jalan Kaliurang, jalan Wates, jalan Imogiri, jalan Parangtritis, dan jalan Wonosari yang masing-masing mewakili jalan utama menuju kabupaten di sekitar kodya/kota Jokja.

Semua jalan itu seringkali macet ketika liburan. Libur sekolah, Lebaran, Natal dan tahun baru, dan bahkan libur cuti bersama ketika orang tua dan anak-anak berbarengan liburnya juga menjadi waktu terpadat di jalan-jalan itu. Kalaupun tersedia jalur alternatif, jalur itu pun juga ramai dan biasanya juga macet.

Bahkan hingga minggu sore ini, jalan Kaliurang, masih dipadati mobil-mobil luar kota. Keberadaan mobil-mobil itu tampaknya menyambut pengumuman pemerintah tentang pelaksanaan work from home (WFH) setelah libur Lebaran 2022.

Bagi warga kota Jokja, upaya mengurai kemacetan sudah dialami dengan perubahan arus lalu lintas searah pada beberapa jalan. Sebelumnya, jalan-jalan itu dapat dilalui kendaraan dari dua arah. Pada hari-hari biasa kebijakan baru itu sangat membantu mengurangi kemacetan lalu lintas. 

Kebijakan lain adalah membangun underpass di penempatan jalan Kaliurang dan ringroad Utara. Konon, jalan serupa juga akan dibangun di penempatan lain di kota ini. Pembangunan jalan tol juga diperkirakan akan dapat mengurangi kemacetan di daerah perkotaan Jokja, seperti jalur Jogja-Solo-Semarang atau Joglosemar.

Sekali lagi, kemacetan memang sudah biasa di kota ini, apalagi di masa liburan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun