Salah satu kawasan strategis bagi kepentingan AS adalah Asia Tenggara. Sebagai bagian dari Indo-Pasifik, kawasan ini secara geografis menjadi salah satu arena persaingan regional dan global.
Di kawasan ini, Negara Paman Sam bersama negara-negara lain memiliki kepentingan menjaga keamanan regional.
Urgensi kawasan ini mendorong AS membentuk aliansi pertahanan AUKUS bersama Australia dan Inggris di akhir 2021 lalu.
Selain itu, aliansi Five Power Defense Arrangement (FPDA) juga dibentuk AS bersama Singapura, Malaysia, Australia, dan Selandia Baru.Â
Walaupun aliansi pertahanan Warisan Perang Dingin itu kurang menampakkan wujudnya, FPDA diyakini masih ada dan berlaku.
Kawasan ini juga memiliki kerja sama multilateral, seperti ASEAN dengan berbagai kerja sama bilateral bersama berbagai negara lain.
Kerja sama itu dilakukan negara-negara itu dengan AS, China, dan Rusia. Ruang lingkup kerja sama bisa di Asia Tenggara, Asia Pasifik, Asia-Eropa, dan Indo-Pasifik.
Selain di bidang politik-pertahanan, kawasan ini juga memiliki banyak kerja sama multilateral di sektor ekonomi. Contohnya ASEAN, Australia, New Zealand Free Trade Arrangement (AANZFTA), ASEAN-Korea FTA, dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang diprakarsai oleh China, tetapi tanpa AS.
Arti penting kawasan ini menyebabkan negara-negara di Asia Tenggara menjadi sasaran persaingan atau rivalitas regional di antara dua kekuatan besar, yaitu AS dan China. Konflik klaim di Laut China Selatan (LCS) menjadi contoh kuat bagi persaingan kedua kekuatan besar (major powers) itu.
Walau Rusia tidak memiliki kepentingan regional sebesar AS dan China, namun Rusia memiliki hubungan khusus dengan Vietnam, misalnya. Rusia tidak memiliki kepentingan sebesar China di kawasan ini.
Meskipun begitu, tindakan operasi militer khusus Rusia ke Ukraina bukannya tanpa dampak bagi kawasan ini. Apalagi perang Rusia-Ukraina menyebabkan negara-negara pendukung Ukraina melancarkan sanksi ekonomi bagi Rusia.