Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pandangan Masyarakat: Indonesia Sebaiknya Netral, Menolak, Atau Memihak AUKUS?

23 September 2021   15:30 Diperbarui: 23 September 2021   15:34 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pakta baru ketiga negara ini memang harus digunakan Indonesia dalam melakukan perannya sebagai negara netral. Mereka berharap Indonesia mendukung AS di dalam kerangka Pakta Pertahanan Segitiga dengan Inggris dan Australia. Alasan utama dari tuntutan mereka agar Indonesia memihak AUKUS adalah kejengkelan publik kepada manuver provokatif kapal-kapal nelayan dan angkatan laut China di Laut Natuna Utara. 

2. Netral, Namun Berpihak ke China

Pandangan kedua bersepakat dengan netralitas Indonesia, namun negara ini perlu memihak AS jika ada ancaman keamanan eksternal. Menurut pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana (22/9/2021), prinsip bebas-aktif memungkinkan Indonesia bergaul dengan semua negara. Namun demikian, Indonesia harus menunjukkan sikap perlawanannya jika kepentingan nasionalnya. 

Pandangan semacam ini muncul karena pengembangan senjata nuklir AUKUS di Australia berpotensi mengganggu keamanan Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Pemihakan kepada China perlu dilakukan Indonesia dengan alasan bahwa pakta pertahanan antara AS, Inggris dan Australia itu yang berkaitan dengan pengembangan senjata nuklir dapat mengganggu kepentingan nasional dan berpotensi melanggar perjanjian anti-pengembangan senjata nuklir (non-proliferasi) di kawasan ini.

Pandangan ini tampaknya sejalan juga dengan kecenderungan selama ini, khususnya di masa pandemi, bahwa pemerintahan Jokowi lebih dekat dengan China. Namun demikian, kecenderungan ini perlu dikaji lebih jauh mengingat situasi pada awal hingga pertengahan 2020 menunjukkan hanya China yang secara meyakinkan dapat memenuhi pasokan vaksin bagi Indonesia ketimbang negara-negara lain.

3. Netral, Tetapi Membeli Alutsista

Pandangan ketiga ini pada dasarnya berkisar pada netralitas juga namun Indonesia tetap menjalin diplomasi pertahanan dengan negara-negara anggota tetap di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), selain AS dan China. Salah satu bentuk dari diplomasi pertahanan adalah pembelian senjata atau alutsista dari Inggris, Prancis, dan Rusia

Pengajar Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, memperkuat pandangan itu.  Kepada Republika (20/9/2021), Teuku Rezasyah menyepakati sikap netral Indonesia terhadap AUKUS dan berharap memanfaatkannya dengan mempersenjatai diri dari sumber-sumber yang netral juga. Rusia dapat menjadi pilihan untuk mendukung netralitas sikap Indonesia, termasuk pembelian alutsista dari Inggris dan Perancis. 

Dalam momentum yang pas ini, Indonesia melalui Menteri Pertahanan Prabowo Subianto perlu mempertimbangkan kembali untuk mendatangkan Sukhoi 35 Rusia agar Indonesia tidak dianggap lemah oleh pihak China maupun AS. 

Yang menarik adalah Menhan Prabowo dikabarkan telah menandatangani Lisensi Produksi Kapal Perang Canggih Fregat Arrowhead 140 di Londong (16/09/2021). Dengan lisensi itu, Indonesia melalui PT. PAL dapat membuat kapal tersebut sesuai kebutuhan Indonesia.

https://statik.tempo.co/
https://statik.tempo.co/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun