Ada pepatah lama 'cinta berawal dari perut naik ke hati.' Adakah pembaca yang tidak mengenal MacDonald? Pizza Hutz? KFC? Teh tarik? Coca Cola? Durian Monthong? Nasi lemak? Tom yam?Â
Hampir semua dari kita mengenal makanan dan minuman (mamin) atau kuliner itu, termasuk negara asal makanan itu.
Namun sebaliknya, apakah dunia mengenal tempe? Soto? Gudeg? Rendang? Banyak orang asing yang mengenal nama-nama makanan Indonesia itu.Â
Walaupun begitu, jumlah orang asing yang mengenal nama-nama kuliner itu cenderung lebih banyak ketimbang yang berasal dari Indonesia.
Hubungan antar-negara tidak hanya berkaitan dengan isu-isu politik, pertahanan-keamanan semata. Hubungan internasional dapat dimulai dari kuliher dari sebuah negara, termasuk Indonesia.
Lewat mamin khas itu, berbagai negara mencoba mengenalkan negara-nya ke warga negara dari negara lainnya. Kuliner itu biasanya menjadi bahasan penting dalam diplomasi kuliner, seperti diplomasi kuliner dan diplomasi gastro.
Obyek dari kedua diplomasi itu sama atau serupa, yaitu makanan dan/atau minuman khas sebuah negara.Â
Tujuan keduanya juga sama, yaitu winning hearts and minds through stomach. Namun demikian, keduanya berbeda dalam cara menyampaikannya kepada masyarakat, khususnya publik asing.
Diplomasi kuliner