Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Berbeda dengan AS, China Malah Membantu Taliban Afghanistan

13 September 2021   09:43 Diperbarui: 14 September 2021   06:25 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi China, pemerintahan Taliban di Afghanistan lebih banyak memberikan peluang ketimbang risikonya. China merasa perlu membangun hubungan positif dengan negara tetangganya itu.

Penguasaan Taliban atas negara di Asia Tengah itu telah menjadikannya sebagai kekuatan politik yang yang harus dipertimbangkan.

Dengan cara berpikir seperti itu, China mendekati Taliban justru pada saat Amerika Serikat (AS) meninggalkannya.

Pola perilaku China seperti itu semakin sering terjadi. China bersama Rusia (tanpa beraliansi) seringkali berposisi berseberangan dengan AS di berbagai isu internasional dan regional. 

Apalagi AS di masa Presiden Donald Trump memang cenderung menarik diri dari kehadiran dan partisipasi globalnya, baik secara politik dan ekonomi. AS keluar dari World Health Organisation (WHO), misalnya, sebaliknya China makin menegaskan kehadirannya di organisasi kesehatan dunia itu.

Situasi itu juga berlangsung dalam kerjasama ekonomi di Asia Pasifik yang berhasil membentuk Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Kerjasama RCEP itu dipimpin oleh China, tanpa kehadiran AS.

China secara tidak terduga mendekat ke Afghanistan ketika mengetahui kelompok Taliban merebut ibukota Kabul dan AS menarik pasukannya. Perilaku politik luar negeri China ini serupa dengan Rusia. 

Padahal 20 tahun lalu, China menolak kelompok Taliban. Sedangkan Rusia meninggalkan Afgahistan juga. Kedua negara diyakini memiliki kepentingan geo-ekonomi dan geo-politik serupa (tapi tak sama) dengan Taliban Afghanistan.

Namun demikian, kehadiran China (dan Rusia) tampaknya tidak akan sedominan AS. China tampaknya hanya berminat mendulang keuntungan ekonomi semata. 

Meskipun begitu, kecurigaan terhadap konsekuensi politik dari kepentingan ekonomi China tidak bisa diabaikan begitu saja. China tentu saja menolak Taliban mencamputi urusan domestinya. Sebaliknya, Taliban Afghanistan sudah berjanji menerima dan tidak mengganggu China.

Sejak pertengahan 2010-an, China mencitrakan dirinya sebagai responsible great power. Sebagai kekuatan seperti itu, Xin Jin Ping berharap dukungan ekonomi dan kehadirannya merupakan bagian penting dari tanggung jawabnya sebagai kekuatan besar dalam hubungan internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun