Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

(Baliho) Politisi Itu Sudah Ketinggalan Zaman

17 Agustus 2021   13:19 Diperbarui: 17 Agustus 2021   13:45 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekuasaan yang mereka miliki pada saat ini secara telanjang telah membuat para politisi itu untuk sekedar menambah karir politiknya. Seorang politisi tidak mungkin lagi bersikap voluntari atau cuma-cuma. Apa lagi kalau bukan peningkatan karir politik itu.

Seolah-olah jabatan politik harus meningkat setiap lima tahun. Dari walikota, gubernur, lalu menjadi anggota legislatif atau menteri, bahkan berkeinginan menjadi presiden. Jabatan publik itu menjadi semacam karir semata. 

Bukannya berlomba-lomba dalam menebar kebaikan di masa pandemi ini, mereka ternyata cuma berkalang egoisme politik semata. Mereka adalah politisi masa lalu. Politisi yang dibesarkan oleh otoriterisme Orde Baru dengan segala kekakuan sikap dan tanggapan terhadap perubahan politik dunia. Karir politik semata dimaknai dengan jabatan Presiden.

Politisi belajar

Masa pandemi ini seharusnya dan sepatutnya mendorong para politisi itu untuk belajar. Belajar apa? Mereka perlu belajar untuk berubah. Para politisi harus belajar dari perubahan kenyataan di depan mata mereka. Kita semua berada di tengah-tengah pandemi dengan segala konsekuensinya.

Kenyataan yang tidak bisa dibantah bahwa pemerintah di berbagai tingkatan (nasional, provinsi, kabupaten, dan seterusnya) terseok-seok menanggulangi pandemi Covid-19. Partai politik penguasa yang berbeda di berbagai provinsi dan kabupaten ternyata tidak mampu berkoordinasi mangatasi Covid-19. Pandemi sebagai persoalan kesehatan luar biasa itu hanya ditangani dengan model institusi lama. Akibatnya, korban Covid-19 tidak semakin berkurang, tapi selalu naik-turun.

Sementara itu, para politisi baliho itu bukannya mengulurkan tangan. Mereka malah meminta masyarakat mrmberikan perhatian kepada para politisi. Bukannya mendatangi dan membantu masyarakat, para politisi itu malah meminta bantuan masyarakat.

Jaman pandemi ini mengajarkan kita semua bertindak secara daring. Protokol kesehatan yang ketas perlu dimaknai dengan pembaruan cara-cara berpolitik. 

Beberapa hal ini perlu dilakukan oleh para politisi, baik mereka yang berada di dalam maupun di luar pemerintahan. Menunjukkan komitmen dukungan para politisi terhadap upaya penanggulangan Covid-19; mengurangi kehadiran mereka melalui baliho-baliho jalanan itu, tetapi, sebaliknya, mendekatkan diri mereka kepada masyarakat; mengurangi hoaks yang cenderung menciptakan disinformasi dan misinformasi mengenai penanganan Covid-19; meningkatkan kehadiran virtual para politisi melalui berbagai media sosial berkaitan dengan penanggulangan Covid-19 adalah beberapa tawaran cara berpolitik di masa Covid-19 ini. 

Cara atau strategi bisa dilakukan dengan mendukung atau mengkritik kebijakan pemerintah. Cara-cara menolak vaksinasi, misalnya, perlu dihindari mengingat vaksinasi sudah merupakan keharusan untuk mencegah resiko terkena dan penyebaran Covid-19. 

Dengan berbagai cara itu, baliho-isasi politik dapat diminimalisasi dan diubah menjadi kerja nyata bersama masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun