Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Studi HI: Tiga Pilihan Topik Menarik dari Menangnya Greysia-Apriyani di Olimpiade 2020

2 Agustus 2021   21:58 Diperbarui: 3 Agustus 2021   00:56 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greysia/Apriani. Sumber: Kompas

Pertanyaan ini berkaitan dengan masa emas bulu tangkis Indonesia, yaitu pada periode selalu atau sering menang di berbagai turnamen internasional. 

Salah satu konsekuensinya adalah Indonesia lebih banyak dikenal melalui olah raga badminton ini. Bahkan beberapa pemain Indonesia (yang sudah pensiun) menjadi pelatih di berbagai negara. Kalau tidak salah, satu-dua pemain pindah ke negara lain untuk mewakili negara itu di berbagai event bulutangkis.

Keberadaan mereka sering mempermudah upaya diplomasi Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di berbagai negara. Agenda tahunan KBRI (misalnya 17 Agustusan) juga diisi dengan pertandingan olah raga memperebutkan piala/hadiah dari Duta Besar Indonesia.

Ketiga, sejauh mana pemerintah Indonesia akan menempatkan pasangan juara Greysia-Apriyani dan juara medali lain sebagai bagian diplomasi Indonesia? 

Perkembangan baru dari diplomasi publik menunjukkan bahwa diplomasi tidak hanya diarahkan atau berorientasi ke luar atau kepada masyarakat negara lain. 

Selain itu, diplomasi publik kontemporer juga berorientasi ke dalam. Apalagi di bulan Agustus ini, kemenangan Greysia-Apriyani sungguh tepat untuk membangun nasionalisme di antara masyarakat Indonesia.

Namun demikian, upaya itu sangat berbeda dengan nafsu politik dari para politisi. Ucapan selamat dari para politisi sambil memampangkan foto mereka bersama itu tak lebih dari politisasi terhadap pasangan emas itu.

Kembali ke semangat nasionalisme. Greysia-Apriyani bisa diminta menjadi lambang nasionalisme kita melawan pandemi Covid-19. 

Memang terasa aneh. Kok melawan pandemi? Biasanya kan melawan musuh yang kelihatan wujudnya? 

Di sini, pandemi ditempatkan sebagai musuh luar biasa (extra-ordinary) yang perlu dilawan dengan cara luar biasa pula, yaitu semangat nasionalisme itu. Pandemi adalah musuh tanpa wujud (bukan organisasi tanpa bentuk/OTB di masa lalu). 

Pandemi juga musuh bersama. Anehnya, kita masih terpecah menjadi pro dan kontra pandemi/vaksin. Semangat bersatu itu perlu menjadi wujud bersama dari nasionalisme kemenangan Greysia-Apriyani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun