Perkembangan kontemporer itu semaikn menegaskan sejarah keterlibatan China dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Sejarah itu bisa ditelusuri hingga tahun 1960an melalui pengiriman senjata kepada Palestine Liberation Organization (PLO) yang dipimpin Yasser Arafat.Â
Namun demikian, kita masih menunggu realisasi dari perundingan itu. Bagaimana pun juga realisasi perundingan itu masih menunggu tanggalan dari Israel dan AS. Faktor AS ini sangat penting mengingat negara inilah yang selama ini sangat berkepentingan sebagai mediator antara Palestina-Israel. Penerimaan Israel dan AS menjadi tantangan berat bagi inisiatif perundingan China.
Ketika upaya perundingan damai menemui jalan buntu di tingkat PBB, peperangan di wilayah Gaza dan lainnya tetap berlangsung dengan korban semakin banyak. Republika.co.id mencatat pihak Hamas dan Israel telah terlibat pertempuran sejak Senin (10/5). Otoritas Kesehatan Palestina (16/5) telah memperkirakan bahwa serangan Israel telah membunuh sedikitnya 181 warga Gaza, termasuk 29 wanita dan 52 anak-anak. Lalu, 1.200 orang lainnya mengalami luka-luka.
Sebaliknya, pihak Israel menjelaskan 2.900 roket telah ditembakkan dari Gaza ke Israel sejak awal pekan ini. Sebanyak 10 warga Israel, dua di antaranya anak-anak, tewas akibat serangan tersebut. Israel mengatakan telah melancarkan serangan terhadap lebih dari 672 target militer di Jalur Gaza. Eskalasi pertempuran antara Hamas dan Israel di Gaza berkaitan dengan memanasnya situasi di Yerusalem Timur, termasuk di sekitar Kompleks Masjid al-Aqsa.
Usulan China
Kembali ke inisiatif perundingan damai dari China. Kegagalan PBB sebagai akibat dari veto AS mendorong China menyediakan diri menjadi tuan rumah perundingan damai antara Palestina dan Israel. Walaupun belum jelas mengenai waktu, tempat, agenda perundingan, dan respon pihak-pihak yang bersengketa, tawaran China itu menegaskan keseriusannya menjadi aktor penting dalam isu Palestina-Israel.
Jika China dapat mewujudkan perundingan damai itu, maka dinamika perdamaian antara Palestina-Israel menjadi makin menarik. Pelaksanaan perundingan itu berarti Israel bersedia duduk semeja dengan Palestina. Lalu, AS mau menerima peran China sebagai mediator perdamaian kedua pihak itu.
Pada tataran tertentu, inisiatif perundingan damai itu tidak sekedar memberikan peluang bagi perdamaian di antara kedua pihak yang berkonflik. Lebih jauh, perundingan itu juga menaikkan pamor China sebagai mediator baru dalam konflik berkepanjangan itu.
Sumber: 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H