4. Pilihan terakhir adalah bahwa kegiatan tertentu bermigrasi sepenuhnya ke jalur virtual. Pandemi telah memaksa kegiatan itu harus dilakukan secara virtual saja. Tidak ada (lagi) tawaran melakukannya secara offline.
Contoh-contoh dari keempat pilihan itu bertebaran di sekitar kita. Semua itu adalah kegiatan rutin kita, sehingga kadangkala tidak kita sadari perubahannya. Tahu-tahu, sebuah kegiatan tertentu hanya bisa dilakukan secara virtual, tanpa pilihan non-virtual.
Bukber virtual hanya alternatif bagi bukber offline. Masih banyak yang melakukan bukber dengan bertemu langsung sembari menerapkan protokol tetap.Â
Tidak ada keharusan melakukan bukber virtual. Sebaliknya, tidak ada larangan melakukan bukber secara langsung, baik di rumah, kantor, atau tempat-tempat umum lainnya.Â
Keputusan melakukan bukber virtual atau non-virtual diserahkan kepada kita masing-masing. Ada perbedaan pertimbangan untuk mengadakan atau ikut bukber. Situasi pandemi ini mengharapkan kita untuk memaklumi keputusan apa pun dari pihak lain untuk ikut atau menolak bukber.
Perkembangan itu memperlihatkan bahwa kebiasaan virtual menjadi sesuatu yang biasa dilakukan. Dengan protokol kesehatan, kita dipaksa melakukan berbagai macam kegiatan beserta ke-4 pilihan itu secara virtual.
Menghadapi situasi ini, kita harus solutif. Manusia tidak bisa menyerah pada keadaan, namun harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri.
Buber virtual menjadi contoh kecil dan konkrit dari kemampuan manusia untuk solutif. Berpuasa di masa pandemi telah menciptakan berbagai kebiasaan baru. Bukber virtual adalah bukti nyata dari kemampuan kita membiasakan diri terhadap kebiasaan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H