Buka bersama atau Bukber Virtual adalah kebiasaan atau normal baru di bulan Ramadhan di masa pandemi ini. Kebiasaan baru yang mulai diterima masyarakat dengan lebih terbuka.
Pandemi Covid-19 memang memberikan konsekuensi tidak terduga bagi keseharian kita. Ini termasuk keseharian di sepanjang bulan Puasa ini.
Buka puasa bersama tidak bisa lagi dilakukan dengan leluasa. Protokol kesehatan membatasinya, sehingga semakin sedikit atau bahkan tidak ada lagi kegiatan itu di sepanjang bulan Puasa ini.
Untungnya, pandemi telah mendorong kita menjadi kreatif dan berinovasi. Lalu, munculah bukber virtual. Seperti kegiatan keseharian lainnya, virtualisasi pun berlaku pada bukber ini.
Meski harus dilakukan berjauhan, bukber virtual  masih bisa menyambung silataruhim antar-keluarga yang terpisah secara geografis. Begitu juga dengan teman dan handai-taulan yang kesulitan untuk bertemu.
Dulu bertemu muka itu sebuah keharusan untuk ikut bukber, sekarang sudah berbeda dan berubah. Kini bukber virtual tidak perlu sama sekali untuk berbaku wajah.
Sekali lagi, kebiasaan ini hanya sebagian kecil saja dari banyak kegiatan sosial dan personal yang berpindah ke jalur-jalur virtual. Kita mulai terbiasa dan terpaksa membiasakan diri dengan normal baru ini.
Di jaman internet ini, kita  dihadapkan pada setidaknya empat pilihan dari kecenderungan virtualisasi kegiatan sehari-hari, termasuk bukber virtual itu.
1. Pada banyak bagian, virtualisasi keseharian ini tidak bisa menggantikan begitu saja berbagai kegiatan offline. Dengan kata lain, orang diberi dua pilihan antara yang online dan offline.
2. Pada kegiatan lainnya, kegiatan virtual lebih banyak dipilih sebagai antisipasi terhadap resiko dari pandemi Covid-19.
3. Sebagian kegiatan keseharian menunjukkan bahwa orang masih lebih memilih kegiatan langsung yang offline ketimbang online atau virtual.
4. Pilihan terakhir adalah bahwa kegiatan tertentu bermigrasi sepenuhnya ke jalur virtual. Pandemi telah memaksa kegiatan itu harus dilakukan secara virtual saja. Tidak ada (lagi) tawaran melakukannya secara offline.
Contoh-contoh dari keempat pilihan itu bertebaran di sekitar kita. Semua itu adalah kegiatan rutin kita, sehingga kadangkala tidak kita sadari perubahannya. Tahu-tahu, sebuah kegiatan tertentu hanya bisa dilakukan secara virtual, tanpa pilihan non-virtual.
Bukber virtual hanya alternatif bagi bukber offline. Masih banyak yang melakukan bukber dengan bertemu langsung sembari menerapkan protokol tetap.Â
Tidak ada keharusan melakukan bukber virtual. Sebaliknya, tidak ada larangan melakukan bukber secara langsung, baik di rumah, kantor, atau tempat-tempat umum lainnya.Â
Keputusan melakukan bukber virtual atau non-virtual diserahkan kepada kita masing-masing. Ada perbedaan pertimbangan untuk mengadakan atau ikut bukber. Situasi pandemi ini mengharapkan kita untuk memaklumi keputusan apa pun dari pihak lain untuk ikut atau menolak bukber.
Perkembangan itu memperlihatkan bahwa kebiasaan virtual menjadi sesuatu yang biasa dilakukan. Dengan protokol kesehatan, kita dipaksa melakukan berbagai macam kegiatan beserta ke-4 pilihan itu secara virtual.
Menghadapi situasi ini, kita harus solutif. Manusia tidak bisa menyerah pada keadaan, namun harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri.
Buber virtual menjadi contoh kecil dan konkrit dari kemampuan manusia untuk solutif. Berpuasa di masa pandemi telah menciptakan berbagai kebiasaan baru. Bukber virtual adalah bukti nyata dari kemampuan kita membiasakan diri terhadap kebiasaan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H