Globalisasi makanan tidak hanya ditandai oleh tersebarnya berbagai jenis makanan cepat saji dari sebuah negara ke negara lain secara mudah. Namun globalisasi juga disertai oleh makin populernya makanan-makanan lokal. Kemudahan informasi membuat berbagai makanan lokal bisa diperoleh dengan mudah, termasuk mie lethek.
Mie lethek memang tidak se-lethek namanya. Kata lethek itu dalam bahasa Indonesia adalah kotor atau jelek, jadi terjemahan langsungnya adalah mie yang kotor atau jelek. Namun yang sebenarnya tidak begitu. Itu hanya namanya saja.
Mie itu dinamakan mie lethek karena warnanya yang kusam. Bahan utama mie ini adalah tepung tapioka dan gaplek. Lalu, bahan itu diolah tanpa bahan pengawet dan zat kimia. Hasilnya adalah mie menjadi berwarna putih kusam kecoklatan. Warna itulah yang menyebabkan orang menyebutnya mie lethek.
Kata pemilik restoran, Obama dan rombongan memyantap mi lethek dengan lahap. Pada kunjungan liburannya, Barack Obama beserta keluarga makan siang di sebuah restoran di Bantul.
Mi lethek aslinya dari Bantul. Tepungnya dibuat dari tepung tapioka dan gaplek yang digiling secara tradisional. Setidaknya ada dua pabrik mie lethek di Srandakan yang masih menggunakan cara-cara tradisional. Pabrik itu masih memakai hewan sapi untuk menggerakkan alat untuk mencampur adonan mie.Â
Mie lethek mulai diproduksi tahun 1940-an. Kecamatan Srandakan yang terletak di Kabupaten Bantul di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan sentra produksi mie lethek. Meski begitu, ada juga yang mengatakan sejarah mie lethek sudah dimulai jauh sebelumnya.
Sejarah mie lethek sudah dimulai sejak tahun 1920-an. Perusahaan mie lethek pertama didirikan oleh seseorang yang bernama Umar dari Yaman Timur Tengah. Pendiri pabrik mie lethek pertama ini merasa prihatin melihat kebutuhan rakyat akan pangan yang tinggi. Pak Umar pun mendirikan pabrik yang berbentuk rumah dari kayu jati. Pabrik ini terus diturunkan dan mendorong pembangunan pabrik-pabrik mie lethek lainnya di daerah itu.
Selama puluhan tahun, mie lethek mentah dan masak hanya dijual di pasar-pasar traditional di daerah Bantul dan sekitarnya. Perkembangan kuliner beberapa tahun terakhir ini telah mendorong tumbuhnya banyak warung dan restoran mie lethek.
Mereka mulai memperbarui pabrik mie dan mesin-mesinnya. Pabrik-pabrik itu menambah jumlah produksi dan memperluas peredaran mie lethek organik itu.
Bagi yang sudah menyantapnya, mie lethek itu memang rasanya lain daripada yang lain. Rasa apeknya tidak ada. Keistimewaannya adalah tanpa pengawet. Seperti mie lainnya, ada rasa kenyal. Yang menarik adalah makan mie lethek itu ternyata malah awet kenyang. Mie lethek yang masih mentah bisa awet hingga delapan bulan.Â
Akhirnya, globalisasi telah membuat mie lethek disantap Presiden Obama. Namun itu semua tidak membuat namanya berubah. Namanya tetap: mie lethek:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H