Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kanan Itu Baik dan Benar, Sedangkan Kiri Selalu Salah dan Jelek?

17 Maret 2021   17:04 Diperbarui: 17 Maret 2021   17:13 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Diary,
Siang tadi, matahari memamerkan teriknya dengan gagah. Keringat mas Dab mengaliri mukanya selepas helm diangkat dari kepalanya. Setelah markir motor Honda si Pitung, mas Dab masuk ke warung bubur kacang ijo (burjo).

Lumayan, sambil menyendok es burjo di tangan kanan, tangan kiri pun menggamit pisang molen. Nikmat apa lagi yang dia dustakan... hehehehe...

Mak tratap. Tiba-tiba saja. Mas Dab pun terdiam. Pikirannya mencoba merekam sesuatu di masa sekarang yang sudah berubah ketimbang di masa lalu. Masa lalu adalah semasa Orde Baru (Orba). Sedangkan, masa kini itu tentunya kurun waktu sejak reformasi hingga sekarang.

Kalau dipikir-pikir, mas Dab ternyata menghabiskan seluruh hidupnya sejak lahir hingga lulus kuliah itu di jaman Orba. Presiden-nya cuma satu, Pak Harto. Suharto. Baru setelah berumah tangga, mas Dab memiliki banyak presiden ---tepatnya 3 presiden--- hanya dalam waktu 5 tahun. Dalam pikirannya yang sok humoris: wah ternyata pernikahannya ikut berperan pada tumbangnya Suharto... hehehe...

###


Soal Kanan dan Kiri
Kembali ke laptop. Mas Dab terpikir soal perubahan mengenai sesuatu yang menuju ke arah kebaikan, tentu saja. Kebaikan mengenai 'kanan' dan 'kiri'. Cara orang melihat dua arah itu menjadi semakin fleksibel. Tidak lagi terperangkap pada cara berpikir pokoknya, seperti di masa Orba. Walau nyatanya masih ada saja orang yang masih begitu di jaman sekarang.

Situasi itu adalah soal segala sesuatu yang berkaitan dengan 'kanan' dan 'kiri'. Pada saat itu, semua hal adalah baik, bagus, sopan, dan etis kalau terletak atau berada di sebelah kanan. Memberi atau menerima harus dengan tangan kanan. Kedua tindakan itu tidak boleh dilakukan dengan menggunakan tangan kiri. Seolah-olah segala sesuatu yang baik harus atau sebaiknya memakai tangan kanan.

Sebaliknya, segala tindakan buruk atau jelek karena menggunakan tangan kiri. Jika kita menggunakan tangan kiri untuk sesuatu yang seharusnya dengan kanan, maka itu dianggap tidak baik dan seterusnya. Bahkan orang kidal secara tidak langsung dipersepsikan tidak atau kurang baik. Pandangan itu biasanya muncul ketika belum mengenal orang kidal itu.

Begitulah seterusnya, banyak hal berlangsung seperti itu di masa lalu. Kebetulan masa lalu itu identik dengan Orba. Sayangnya, mas Dab tidak memiliki rekaman jejak-jejak kehidupan masa Orde Lama (Orla). Mas Dab pun mulai bertanya-tanya: kenapa jadi seperti itu ya?

Kebetulan saja?
Pikiran liar pun berkecamuk. Jangan-jangan itu semua berkaitan dengan politik global pada masa itu. Ketika itu dunia didominasi oleh persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet (US).

AS adalah perwujudan dari kanan dan itu mewakili kebaikan. Lalu Uni Soviet atau Soviet adalah kiri yang dipandang jelek, buruk, harus dijauhi, jangan dipakai, dan sesuatu yang salah.

Lebih jauh, masing-masing pihak memiliki pendukung ---yaitu negara-negara di dunia--- yang mencerminkan geopolitik dunia. AS dan negara-negara pendukungnya disebut negara-negara Sekutu. Sedangkan US dan kelompoknya biasanya disebut dengan pendukung US.

Bagi Amerika dan Soviet, semakin banyak jumlah negara pendukung menjadi ukuran besar atau banyaknya kekuasaan global mereka. Entah kebetulan atau tidak, AS dkk dengan strategi geopolitik rim-land biasanya memiliki negara-negara pendukung yang berada pinggir pantai. Sedangkan US dengan strategi heart-land lebih banyak memiliki pendukung yang berlokasi di 'pedalaman' sebuah benua.

Selain negara pendukung, masing-masing kubu memiliki ideologi yang bertentangan. AS dan negara-negara Sekutu berideologi liberalisme dan kapitalisme. Sedangkan Soviet dan kubu-nya memiliki ideologi sosialisme dan komunisme.

Dalam perkembangannya, ada China di dalam kubu Soviet, walau hubungan China dan Soviet atau Rusia tidak hirarkis. Bahkan perkembangan ekonomi dan kekuatan politik global China telah menjadikannya sebagai pusat baru di kubu Komunis yang tidak hirarkis tapi sejajar dengan Soviet atau Rusia. 

Apalagi sekarang Cina tidak lagi se-sosialis dulu karena praktek kapitalisme atau ekonomi pasar yang berhasil sembari tetap bertahan di jalur komunisme.

Resiko dari kanan dan kiri

Nah... di sinilah kerepotan kita yang di Indonesia. Resiko dari kanan dan kiri. Yang kanan itu baik dan benar, konon...ya konon karena kanan itu Amerika. Kanan itu kapitalis dan liberal. Kalau mau studi lanjut ya ke negara-negara kapitalis itu. Walaupun pas di Indonesia sangat kritis ke Amerika dan kepentingannya, tapi dulu sekolahnya S2 dan/atau S3 malah di kampus-kampus tersohor di Amerika dan sekutu-sekutunya, seperti Inggris, Australia, dan lain-lain.

Sebaliknya sampai masa itu (mungkin hingga awal reformasi...mungkin), kiri itu harus dijauhi. Jangan dekat-dekat dengan yang kiri. Nanti disangka komunis. Dekat dengan Soviet itu berbahaya. Apalagi pas di jaman Orba itu, seorang Indonesia harus menghindari sekolah di negara-negara Eropa TImur. Bakalan repot secara politik, paspor dan, bahkan, kewarganegaraan bisa dicabut. Orang-orang kritis pun dianggap kiri, sehingga mendapat perhatian khusus dari negara atau pemerintah pada saat itu.

Situasi itu yang membuat kiri, sebelah kiri, tangan kiri, kelompok kiri, dan segala sesuatu yang ditempeli kata sifat 'kiri' menjadi buruk, jelek, jangan didekati, apalagi dianut. Resikonya sangat nyata, yaitu menambah beban hidup yang sudah berat.

###

Hingga masa Orba dan bagi orang-orang Indonesia yang pernah merasakan piye enak jamanku to? milik Suharto itu, kenyataan mengenai kanan-kiri, Amerika-Soviet, Kapitalisme-liberalisme dan Komunisme-Sosialisme mungkin masih menempel di ingatan masing-masing.

Sekarang sudah berubah dan berbeda. Walau hilang sama sekali juga tidak mungkin. Pembagian kanan dan kiri tidak lagi seketat dan sekeras di masa lalu. Perubahan sekarang bisa saja menjadi: bukan kanan atau kiri yang menentukan sesuatu itu baik atau buruk. Sekarang, baik itu bisa di sebelah kanan atau kiri, begitu pula dengan buruk atau jelek.

Cukup itu dulu ya, Diary. Diteruskan lain waktu di tulisan lain saja. Bisa tambah repot ini. Bisa melebar ke mana-mana, apalagi kalau memasukkan populisme atau agama.

Jadi, itu dulu sekelumit pikiran mas Dab yang melayang-layang sembari menghabiskan burjo di tengah panasnya mentari di Yogya sebelah Utara... bukan kanan atau kiri, lho. Semoga berkenan. Salam sehat selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun