Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kecil Kemungkinan ASEAN dan Myanmar Saling Meng-"Ghosting"

10 Maret 2021   18:22 Diperbarui: 11 Maret 2021   16:51 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, keanggotaan ASEAN  juga tidak berkaitan dengan sistem politik atau ekonomi yang dianut negara anggotanya. Hingga saat ini, ke-10 negara anggota ASEAN memiliki sistem politik yang berbeda-beda. 

Dari Indonesia yang sistem politiknya paling terbuka hingga Kamboja, Laos, Vietnam yang paling tertutup. Hal yang sama juga terjadi pada sistem ekonomi ke-10 negara anggota ASEAN yang berbeda.

Yang pasti, keanggotaan ASEAN sangat berbeda dengan keanggotaan Uni Eropa (UE). ASEAN lebih banyak diisi oleh perbedaan-perbedaan anggotanya, sedangkan UE malah sebaliknya. 

Sebuah negara harus memenuhi berbagai macam syarat yang telah disepakati bersama oleh negara-negara anggota UE sebelumnya. Itu yang membuat Turki mengalami kesulitan bergabung dengan UE, walaupun kontroversi lain juga ada berkaitan dengan gagalnya negara itu menjadi anggota UE.

Dalam kasus Myanmar, maka ASEAN mendukung siapa pun yang berkuasa di sebuah negara. Tentu saja dukungan tersebut dibungkus dengan bahasa-bahasa diplomatis. 

Lalu, apakah ASEAN mendukung kudeta militer di Myanmar? Hingga saat ini ASEAN tidak pernah mengeluarkan pernyataan dukungan terhadap kudeta militer itu, baik secara langsung atau tidak langsung maupun secara terbuka atau tertutup. 

Semua negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, telah memberikan selamat kepada Aung San Suu Kyi atas kemenangan NLD pada pemilu November 2020. 

Sebaliknya, ke sembilan negara anggota ASEAN tidak memberikan selamat kepada Jenderal Hlang Mint Hlaing yang memimpin kudeta pada 1 Februari lalu. 

Constructive engagement
Tugas utama ASEAN adalah mengajak siapa pun yang memerintah untuk berpartisipasi secara aktif di organisasi regional itu. Constructive engagement menjadi konsep utama untuk tetap mengajak negara-negara yang mengalami krisis untuk tetap menjalin komunikasi dengan negara anggota lain di ASEAN.

Buktinya adalah pertemuan segitiga secara informal antara tiga menlu dari Thailand, Myanmar, dan Indonesia di Thailand. Pertemuan itu merupakan bagian dari upaya diplomasi ulang-alik (shuttle diplomacy) Menlu Indonesia Retno Marsudi. Tujuannya adalah untuk memelihara komunikasi dengan Myanmar, mengumpulkan fakta perkembangan terakhir, dan memetakan kemungkinan-kemungkinan peluang perdamaian dari krisis politik di Myanmar. 

Melalui contructive engagement seperti itu, ASEAN ingin negara yang mengalami krisis tetap memiliki forum bersama untuk menyampaikan pendapatnya. Negara itu tidak (merasa) dikucilkan di ASEAN atau di Asian Tenggara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun