Seturut dengan kisah mas Dab sebelumnya, perjalanan 'iseng-iseng berhadiah'-nya berlanjut ke Praha.
Mas Dab bergegas ke restoran atau kafe di pojok perempatan jalan dan persis di ujung jembatan. Oya namanya Kavarna Slavia atau kafe Slavia. Tak hapal nama jalannya, tapi mas Dab tahu cara ke kafe itu. Lokasinya amat strategis dan mudah diakses dengan trasportasi publik. Jadinya, kafe ini memang kerap dijadikan tempat ketemuan atau meeting point.Â
##
Kafe ini termasuk paling bersejarah bagi rakyat Cekoslovakia sejak tahun 1800an. Sayangnya, sejak 1993Â Ceko dan Slovakia berpisah secara baik-baik menjadi dua negara bertetangga.
Di Kavarna Slavia itu, konon Vaclav Havel ---yang menjadi Presiden Cekoslovakia (1989-1992) dan Ceko (1993-2003)--- mempersiapkan protes melawan Uni Soviet. Dari situ, Vaclav dan para tokoh kritis lain melancarkan revolusi beludru di akhir 1989. Revolusi itu mengakhiri cengkeraman komunisme dan Uni Soviet di Cekoslovakia.
Tempatnya eksotis dikelilingi bangunan kuno. Pintu depannya berhadapan langsung dengan pintu utama gedung Teater Nasional. Jendela kafe Slavia yang menghadap ke sungai itu juga terhampar lukisan hidup bangunan besar memanjang Prague Castle. Ada pula jembatan namanya Castle Bridge yang terletak 'di depan' castle itu.
##
Kembali ke mas Dab.
Mas Dab punya janjian dengan mas Pet bertemu di kafe itu. Dalam pikiran mas Dab, dia lebih baik datang lebih awal dan menunggu mas Pet. Dia orang Praha asli yang pernah belajar dan tinggal selama 5 tahun di Solo. Mas Pet kabarnya sudah mengajar di sebuah kampus baru di Praha.
Walau belum pernah ketemu, mas Dab haqul yakin mas Pet tentulah sudah bisa berbahasa Indonesia halus, bahkan mungkin juga bisa ngomong Jowo. Mungkin juga malah, mas Pet sudah kenal dengan jam karet:) Tapi ya ini kan di Praha, mas Dab nggak mau telat lah.
Kalau ditarik ke belakang lagi, memang ini semua gara-gara mas Sis yang antusias banget mengenalkan mas Dab ke mas Pet. Saking antusiasnya mas Sis malah tidak bisa datang ke kafe itu. Ada acara kantor yang memerlukan kehadirannya. Lha wong dia yang punya inisiatif sendiri kok malah batal datang.
Tapi sisi baiknya, mas Sis sebenarnya mau nge-tes saja pertemuan ini bisa jalan atau tidak tanpa dia. Jadi ya mas Dab memberanikan diri ke kafe ini dan bersiap menebak-nebak yang mana gerangan si mas Pet.Â
Mas Dab pun menunggu sambil minum kopi. Zaman awal 2010an ini belum populer aneka kopi arabika atau robusta, apalagi di Praha. Ya pokoknya pesan kopi lah... eh... capucino buat pantes-patesan. Di daftar menu ada tertulis bir non-alkohol, tapi mas Dab kelihatannya masih menahan diri. Yang penting ketemu mas Pet dulu.