Sebaliknya, kenyataan ini justru bagus sekali. Walaupun ada permintaan tulisan dari teman, namun tulisan itu tetap harus berkualitas baik sesuai dengan standar koran tersebut.
Menulis artikel opini untuk koran memang gampang-gampang susah. Dianggap gampang karena isu yang akan ditulis memang bidang 'kerjaan' selama ini. Isu-isu internasional memang menjadi perhatian, walaupun masing-masing dosen memiliki spesialisasi studi. Spesialisasi saya, misalnya, adalah politik luar negeri Indonesia, ASEAN, dan isu-isu hubungan internasional di Asia Tenggara.
Ada teman yang lebih fokus pada kajian Amerika Serikat, China, Uni Eropa, dan seterusnya. Singkatnya, kebutuhan mengenai artikel opini yang membahas hubungan internasional dapat ditemukan pengajarnya di tempat saya bekerja.
Meski begitu, menulis artikel opini juga bisa dikatakan sulit karena tidak/belum pernah atau tidak biasa menulisnya. Ruang tulisan artikel opini yang hanya 700-900 kata menjadi sangat terbatas dan sulit bagi orang yang terbiasa menulis paper akademik sebanyak 25-20 halaman. Oleh karena itu, kemampuan menulis artikel opini koran kadang-kadang memerlukan latihan rutin.
Sekarang dikejar deadline menjadi sesuatu yang biasa. Malah sebaliknya, saya yang mengejar atau mencari-cari deadline sendiri. Namun ini tidak berarti proses menulis berjalan lancar. Ada kalanya hambatan muncul tak disangka dan tak dinyana justru menjelang deadline yang saya buat sendiri.Â
Latihan menulis karena dikejar-kejar deadline itu yang membuat saya bisa menulis artikel opini untuk koran. Itu pengalaman sweet karma saya. Sekarang, semua tulisan itu dimigrasikan ke bentuk online di Kompasiana:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H