Dinamika politik di lapangan hingga sekarang menggambarkan:
Pertama, masih tidak jelas soal benar atau tidaknya soal kudeta itu. Moeldoko sudah membantah, surat AHY tidak dibalas Presiden Jokowi, pihak AHY tetap berkeras dengan 'tuduhan' awal. Tuduh-menuduh dan bantah-membantah ini bakal tetap berlangsung. Lumayanlah jadi perhatian media. Jadi viral.
Kedua, yang sudah jelas adalah soal ngopi-ngopi itu. Saat konperensi pers di Jalan Terusan Lembang, Jakarta Pusat, Rabu (3/1), Moeldoko mengakui memang ngopi-ngopi dengan kader-kader Partai Demokrat. "Beberapa kali (pertemuan) di rumah saya. Ya ada di hotel, ada di mana-mana. Nggak terlalu pentinglah itu. Intinya, aku datang diajak ketemu, ya."Â
Ketiga, berbeda-beda partai politik tetapi bisa disatukan oleh ngopi-ngopi. Bayangkan Moeldoko dan orang-orang PD itu memesan kopi berbeda. Moeldoko pesan kopi Arabika Gayo, orang-orang PD pesan kopi berbeda, bisa Arabika Bajawa, Kintamani, atau Robusta Lampung. Lalu, mereka disatukan juga oleh topik pembicaraan yang mungkin soal friksi internal PD.
Untungnya, kecurigaan AHY lebih kepada Moeldoko-nya, bukan ke ngopi-ngopinya. Bayangkan kalau AHY meminta jajaran PD mengecek ngopi-ngopi di daerah masing-masing. Jadi, ngopi-ngopi itu masih tetap dilekatkan ke Moeldoko. Dan Moeldoko memanfaatkan ngopi-ngopi itu lewat akun-akun media sosialnya.Â
Pertanyaan terakhir: apakah ngopi-ngopi itu benar-benar minum kopi? Atau malah, jangan-jangan ada yang minum teh hangat.Â
Sebagai penutup, apa pun yang diminum, ngopi-ngopi itu malah dipakai Moeldoko untuk menunjukkan siapa dirinya. Siapa tahu dari ngopi-ngopi ini Moeldoko malah nyapres. Pada saat itu, ngopi-ngopi tidak lagi dicurigai mau kudeta, tapi bisa jadi muncul tagline baru 'dari ngopi bisa nyapres'.
Sumber:Â
Moeldoko Posting soal Ngopi-Ngopi, Eks Staf KSP: Ngeledek Pihak Sana
news.detik.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H