Ini bukan ngopi biasa di antara saya dan teman-teman dosen yang ngobrol soal politik nasional. Bukan cuma ngopi-ngopi di antara mahasiswa-mahasiswa saya yang membicarakan soal kegiatan webinar mau mengundang AHY sebagai generasi muda yang memimpin Partai Demokrat.Â
Bukan pula ngopi-ngopi antar-sesama Kompasianer yang merencanakan Kompasianival 2021 yang mau minta Moeldoko dan AHY jadi narasumber. Siapa tahu grup Kompasianer bisa jadi kelompok sukarelawan pendukung capres 2024:)
Bukan itu semua. Ngopi-ngopi ini antara seorang Moeldoko dengan para anggota senior Partai Demokrat. Gara-gara ngopi itu, Moeldoko (Kepala Kantor Staf Kepresidenan/KSP) dicurigai oleh Ketua Umum Partai Demokrat AHY mau melakukan kudeta.Â
Moeldoko dan orang-orang yang ditemuinya dikhawatirkan sedang menyusun sebuah konspirasi dengan orang dalam untuk mengganti kepemimpinan AHY. Kabarnya, ada sekurangnya empat faksi di dalam PD yang sedang berlomba memperebutkan kursi Ketua Umum PD.
Kembali ke soal ngopi-ngopi itu. Kepala KSP Moeldoko pun menanggapi isu 'kudeta' itu sembari berbicara soal ngopi-ngopi. Bahkan sampai dua kali ngopi-ngopi.
Dua kali ngopi-ngopi
1. Kamis (4/2/2021), di akun Facebook-nya yang bercentang biru, Kamis (4/2), Moeldoko mengunggah foto sedang ngopi. Caption-nya, "Aku ngopi-ngopi kenapa ada yang grogi."
2. Sabtu (6/2/2021), di akun instagram resmi-nya, @dr_moeldoko, Moeldoko  menayangkan foto sedang memegang cangkir dengan keterangan sedang ngopi. Di foto itu, Moeldoko mengenakan baju putih dan jaket biru. "Aku nambah kopi ada yang semakin grogi," demikian tulisan di foto tersebut.
Selanjutnya, Moeldoko menceritakan suasana ngopi-ngopinya yang meriah. Ngopi adalah bagian dari interaksi sosial bahkan di antara dengan partai politik berbeda. Tidak pantas jika seseorang langsung pergi seusai menghabiskan secangkir kopi. Terlebih, saat ada rekan yang bergabung untuk ngopi.
Gothca! Begitu mungkin yang ada di pikiran Moeldoko. Umpan masuk. Sebaliknya, pihak AHY juga bisa berpikir sama. Ada alasan politis dengan dampak besar, yaitu 'menggigit' Moeldoko dengan sakit yang dirasakan Presiden Jokowi.Â
Yang terakhir ini tampaknya gagal. Jokowi cuek tidak menanggapi Surat AHY. Jokowi tetap fokus dengan Covid-19, program vaksinasi, dan dampak ekonomi-nya. Jokowi juga tetap 'menikmati' stabilitas politik sebagai hasil dari reshuffle kabinet di akhir Desember 2020 lalu.
Sementara itu, Moeldoko menyinggung orang yang melarang minum kopi. Dia malahan menilai orang itu membutuhkan kopi. Katanya, "Kalau kamu dengar ada yang melarang, agaknya kamu benar-benar butuh kopi. Konon kata ahli 'Kopi bisa mencegah gangguan pendengaran'," ucapnya. Mungkin ini kode lunak bahwa Moeldoko mengajak AHY ngopi-ngopi?
Dinamika politik di lapangan hingga sekarang menggambarkan:
Pertama, masih tidak jelas soal benar atau tidaknya soal kudeta itu. Moeldoko sudah membantah, surat AHY tidak dibalas Presiden Jokowi, pihak AHY tetap berkeras dengan 'tuduhan' awal. Tuduh-menuduh dan bantah-membantah ini bakal tetap berlangsung. Lumayanlah jadi perhatian media. Jadi viral.
Kedua, yang sudah jelas adalah soal ngopi-ngopi itu. Saat konperensi pers di Jalan Terusan Lembang, Jakarta Pusat, Rabu (3/1), Moeldoko mengakui memang ngopi-ngopi dengan kader-kader Partai Demokrat. "Beberapa kali (pertemuan) di rumah saya. Ya ada di hotel, ada di mana-mana. Nggak terlalu pentinglah itu. Intinya, aku datang diajak ketemu, ya."Â
Ketiga, berbeda-beda partai politik tetapi bisa disatukan oleh ngopi-ngopi. Bayangkan Moeldoko dan orang-orang PD itu memesan kopi berbeda. Moeldoko pesan kopi Arabika Gayo, orang-orang PD pesan kopi berbeda, bisa Arabika Bajawa, Kintamani, atau Robusta Lampung. Lalu, mereka disatukan juga oleh topik pembicaraan yang mungkin soal friksi internal PD.
Untungnya, kecurigaan AHY lebih kepada Moeldoko-nya, bukan ke ngopi-ngopinya. Bayangkan kalau AHY meminta jajaran PD mengecek ngopi-ngopi di daerah masing-masing. Jadi, ngopi-ngopi itu masih tetap dilekatkan ke Moeldoko. Dan Moeldoko memanfaatkan ngopi-ngopi itu lewat akun-akun media sosialnya.Â
Pertanyaan terakhir: apakah ngopi-ngopi itu benar-benar minum kopi? Atau malah, jangan-jangan ada yang minum teh hangat.Â
Sebagai penutup, apa pun yang diminum, ngopi-ngopi itu malah dipakai Moeldoko untuk menunjukkan siapa dirinya. Siapa tahu dari ngopi-ngopi ini Moeldoko malah nyapres. Pada saat itu, ngopi-ngopi tidak lagi dicurigai mau kudeta, tapi bisa jadi muncul tagline baru 'dari ngopi bisa nyapres'.
Sumber:Â
Moeldoko Posting soal Ngopi-Ngopi, Eks Staf KSP: Ngeledek Pihak Sana
news.detik.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H