Perubahan kepemimpinan di AS mencerminkan pergantian partai politik yang mendominasi pemerintahan. Seperti biasa, kembalinya partai Demokrat di kekuasaan AS diikuti oleh pergantian berbagai kebijakan pemerintahan sebelumnya yang dikuasai partai Republik.
Salah satu sasaran perubahan kebijakan itu adalah mengembalikan posisi AS dalam kepemimpinan global di berbagai bidang. Apalagi pemerintahan Trump telah mendobrak tradisi yang telah berlangsung lama, yaitu tradisi AS sebagai negara terkuat di dunia.
Pandemi Covid-19
Dorongan internal itu kebetulan memperoleh dukungan eksternal. Negara-negara sekutu AS telah menantikan kembalinya partisipasi global AS, termasuk dalam inisiatif global melawan pandemi Covid-19. Negara-negara itu berharap AS kembali hadir di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam menangani pandemi global selama ini.Â
AS diharapkan dapat mengambil tindakan yang menguatkan kerja sama dengan PBB, khususnya penguatan WHO. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam menghadapi pandemi, pemulihan ekonomi pasca-pandemi, menjaga stabilitas dunia di tengah rivalitas negara-negara besar.Â
Kehadiran AS dapat mendorong multilateralisme dan mengurangi kecenderungan unilateralisme yang menghambat negara berkembang dan miskin memulihkan diri dari pandemi Covid-19. Kongkritnya, AS diharapkan menyokong multilateralisme ketimbang nasionalisme vaksin yang berlangsung selama ini, termasuk dalam kebijakan Trump.
Sehari setelah pelantikannya, Biden memulai proses bergabung kembali ke WHO dan menunjuk Anthony Fauci, pakar penyakit infeksi, sebagai delegasi AS di WHO.Â
Sejalan dengan kebijakan domestiknya dalam penanganan pandemi, jalan AS memulihkan kepemimpinan globalnya sebagai polisi dunia tampaknya akan dilakukan melalui dukungannya terhadap berbagai kerjasama multilateral dalam penanganan pandemi secara global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H