Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Drama Korea: Makin Banyak Drakor, Korea Utara Makin Kejam Ke Rakyatnya?

8 Januari 2021   23:58 Diperbarui: 9 Januari 2021   00:20 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Tahun 2021 ini, drama Korea atau drakor (K-drama) tampaknya makin berjaya saja. Tak ada matinya. Apalagi keterkenalan drakor dibarengi daya tarik K-beauty, K-pop dan berbagai produk lain dengan tambahan huruf 'K' di depannya sebagai simbol identitas Korea Selatan (Korsel) di dunia.

Drakor dapat dikatakan sebagai salah satu ikon promosi bagi negeri ginseng itu ke dunia internasional. Tidak cuma di dalam negeri, drakor makin populer di luar negeri. Bahkan ada drakor yang lebih populer di negara-negara lain ketimbang di negeri asalnya sendiri. 

Masalahnya adalah di tengah popularitas drakor itu, ada satu pemerintahan ---dan ini satu-satunya---yang tidak suka drakor-drakor Korsel itu menarik hati rakyatnya, yaitu Korea Utara (Korut). Pimpinan tertinggjnya, Kim Jong Un, bahkan menolak keras drakor dan dianggap melunturkan budaya Korut.

Rakyat Korut
Respon atau reaksi rakyat Korut memang berkebalikan dengan pemerintahnya. Warga Korut, terutama yang muda, ternyata merupakan penggemar berat drakor Korsel. NYPost.com mencatat sebanyak 70% warga Korut menyukai drakor. 

Padahal pemerintah Korut sudah membatasi siaran televisinya. Pemerintah juga melarang keras warganya untuk menonton serial drama dari negeri tetangganya itu. 

Namun sepertinya, warga Korut tak kehabisan akal untuk bisa mengakses berbagai serial drama ini. Banyak cara dilakukan warga Korut demi mendapatkan drakor-drakor terbaru dan populer. Ini termasuk drakor Yang menggambarkan hubungan kedua negara bertetangga itu.

Setidaknya ada 7 drakor yang mengisahkan hubungan antara dua negara sedarah daging itu, Korsel dan Korut. Kelima drakor itu adalah Crash Landing On You, Strange Doctor, Spy Myungwol, King 2 Hearts, Confidential Assignment, Joint Security Area, City Hunter, Doctor Strange, dan Descendants of The Sun.

Kecaman Pemerintah Korut
Berkebalikan dengan sambutan positif masyarakatnya, pemerintah Korut malah mengeluarkan kecaman melalui media resminya. Sejumlah drakor justru dituduh memperlihatkan realitas Korut yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Drakor bahkan dianggap sebagai bentuk "provokasi keji" yang secara tersembunyi menjelek-jelekkan Korut.

Media pemerintah Korut mengendus  ada upaya sengaja dari pemerintah Korsel dan para produser film untuk memproduksi drama dan film anti-republik. Drakor-drakor Korsel dianggap telah memperdaya dan secara tidak bertanggung jawab telah mengerahkan segala upaya mereka melakukan propaganda strategis.

Media Korut, Uriminzokkiri, secara tidak langsung menunjuk serial drama televisi bertajuk Crash Landing on You telah melakukan provokasi dan propaganda itu. (https://www.bbc.com/indonesia/dunia-51747353).

Drakor Crash Landing on You mengisahkan percintaan antara warga Korsel (putri konglomerat Korsel atau chaebol) dengan tentara Korut. Drakor ini sangat populer dan dipuji banyak kalangan, termasuk komunitas pembelot Korut yang tinggal di Korsel. Capaian itu bisa dicapai berkat kehadiran pembelot dari Korut yang menjadi tim penulis di drakor itu.

Hukuman
Lalu, apa yang dilakukan pemerintah Korut terhadap warganya yang menyukai serial drama dari negara tetangganya? Pemerintahan Kim Jong Un sudah menyiapkan hukuman berat.  

Euforia warga Korut terhadap drakor ternyata ditanggapi dengan euforia pemerintahan Jong Un dalam menghukum warganya. Akibatnya, warga Korut harus bersiap-siap ditangkap dan dihukum jika ketahuan menonton drakor.

Pada 2015, hukuman diberikan kepada tiga warga Korut yang pernah dieksekusi pada 2015. Namun hukuman itu ternyata tidak mengurangi antusiasme dan keberanian mereka terus menonton drakor. Akibatnya, pemerintah Korut pun memberikan hukuman lebih berat.

Peraturan memberi hukuman lebih berat kepada warganya yang menonton drama Korea bukanlah tanpa alasan. Presiden Kim Jong Un khawatir bahwa budaya nasional mereka bakal luntur akibat warganya terlalu banyak menonton serial drakor. 

Jong Un juga tidak mau ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan serial drakor untuk menyelundupkan ideologi Yang menyimpang dari yang dianut Korut (https://internasional.kontan.co.id/news/70-rakyat-korut-nonton-drakor-begini-hukuman-dari-kim-jong-un).

Bahkan pada 2013, Korut pernah mengeksekusi mati 80 warganya yang tertangkap menonton dan menyeludupkan film-film dari Korsel. Kelompok pembelot dari Korut, yaitu North Korea Intellectual Solidarity,  membenarkan eksekusi mati itu Yang dilakukan di hadapan publik di akhir 2013 (https://www.insertlive.com/korea/20200727092859-185-153723/duh-kim-jong-un-pernah-hukum-mati-warga-yang-nonton-drama-korea).

Terakhir, pada Desember 2019, pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) ini kembali membuat kebijakan yang mengejutkan publik terkait drakor. Jong Un mengeluarkan kebijakan baru, yaitu melarang keras remaja Korut menggunakan kata-kata gaul. Jika dilanggar, Kim akan menjebloskan remaja Korut ke gulag atau semacam kamp konsentrasi.

Uraian di atas bisa menunjukkan bahwa:
Pertama, semakin populer drakor semakin antusias warga Korut menonton, tetapi semakin keras respon pemerintahan Jong Un memberikan hukuman.

Kedua, kecenderungan pertama itu menunjukkan semakin berhasilnya Korsel ---pemerintah dan korporasi drakor--- dalam menempatkan drakor sebagai bagian dari promosi budaya populernya ke seluruh dunia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun