Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siasat Menulis Opini 1: Ide tentang Kopi Indonesia

6 Oktober 2020   23:50 Diperbarui: 7 Oktober 2020   00:00 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Koffiendo.co.id

Cuaca dingin melanda pagi hari di Jokja beberapa hari ini, saya pun terpaksa malas gerak alias mager ketika tidak ada jadwal mengajar. Satu-satunya kegiatan paling mudah untuk penghangat badan adalah nonton YouTube lewat hape ini. Sejak masa work from home, hape adalah kunci bagi sebagian besar kegiatan.

Dari Hape itu, aplikasi YouTube langsung diklik untuk mendapatkan ide menulis. Kompasiana memang telah 'menjebak' saya untuk secara sukarela menikmati kegiatan menulis setiap hari. Semua ini tentu saja by design. Ada rencana dan tujuan dari kegiatan menulis setiap hari ini. Di YouToube, ada banyak sekali pilihan isu yang mau ditonton dan dijadikan ide untuk menulis.

Rencananya, saya ingin menulis tentang kopi Indonesia. Ada banyak ide menulis yang bisa dimunculkan dari isu kopi Indonesia ini. Kebetulan saja, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Moskow baru saja mengadakan webinar tentang kopi Indonesia di akhir Agustus. Lalu, sebuah Pusat Studi Gastrodiplomacy di Universitas Negeri Jember juga mengadakan webinar serupa di awal September.

Dalam pikiran saya, kedua webinar itu setidaknya membuat saya memiliki background knowledge sedikit tentang kopi. Muncul beberapa ide untuk menulis, seperti dimensi internasional dari kopi Indonesia, diplomasi kopi Indonesia di Rusia, potensi kopi Indonesia memenangkan persaingan di pasar internasional, atau nasionalisme kopi Indonesia. Semua ide itu berkaitan erat dengan studi saya di hubungan internasional.

Beberapa Video
Dari berbagai tontonan selama satu-dua jam sambil membuat catatan, saya menuliskan beberapa informasi dan mengelompokkan beberapa video itu.

Pertama video tentang sejarah kopi Indonesia menggambarkan sejarah kopi Indonesia sejak jaman Hindia Belanda. Kopi Indonesia terutama berasal dari Pulau Sumatera, khususnya kopi Gayo. Lalu, bagaimana petani-petani di sana menanam kopi Arabika, distribusi kopi hingga pasar internasional, dan tentang penentuan harga kopi. 

Yang menarik adalah harga kopi tidak ditentukan oleh petani di perkebunan-perkebunan itu atau oleh kesepakatan antara penjual dan pembeli di Jakarta atau di salah satu kota di Eropa, tetapi harga kopi itu ditentukan di semacam asosiasi kopi internasional di New York. Jadi, kita bisa membayangkan bagaimana para petani kopi itu pada jaman sebelum ada hape memperoleh informasi mengenai harga kopi. Sekarang, semua informasi itu dapat diperoleh dengan mudah dari genggaman para petani lewat hape di tangan mereka.

Kelompok kedua adalah video-video tentang beberapa orang yang menjalankan bisnis kopi jalanan di Jokja. Mereka tidak membuka kafe-kafe yang sifatnya permanen, tetapi di pinggir jalan. Mereka adalah orang-orang yang yang mencoba untuk mencari alternatif dari kecenderungan orang berbisnis kopi yang memerlukan modal besar. 

Mereka menjual kopi seperti yang ada di kafe-kafe, namun dengan harga yang ramah kantong orang kebanyakan. Pangsa pasar mereka adalah kelompok menengah ke bawah yang tetap mempunyai keinginan yang sama untuk minum kopi. Selain di Jokja, bisnis kopi keliling ini dapat ditemukan di berbagai kota di Indonesia.

Ketiga adalah video  webinar mengenai kopi Indonesia yang diadakan oleh KBRI di Moskow di akhir Agustus yang lalu. Webinar ini  menarik karena mengundang para pelaku usaha perkopian Indonesia dan Rusia. Pertemuan secara vietual ini diharapkan dapat membuka potensi peningkatan ekspor-impor kopi Indonesia ke Rusia dengan dukungan pemerintah melalui KBRI di Moskow.  Lalu, ada video dari Pusat Studi Gastrodiplomacy di Universitas Negeri Jember. 

Webinar ini membicarakan posisi dan prospek kopi di Indonesia di pasar internasional. Webinar itu memperoleh perhatian dari lebih 18 perwakilan RI di luar negeri. Meningkatnya popularitas kopi Indonesia tampakya telah mendorong perwakilan RI ingin mengetahui perkembangan kopi Indoenesia dan kemungkinan dukungan apa saja yang bisa disediakan perwakilan RI di luar negeri untuk promosi kopi Indonesia. 

Di webinar terakhir, ada ide menarik tentang perlunya memakai nama Indonesia pada nama-nama kopi yang telah populer sekarang ini dan membuat produk kopi dengan nama Indonesia. Ini mengikuti penamaan Vietnam coffee atau Chat Thai untuk minuman teh.

Video terakhir adalah beberapa video kegiatan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. Presiden Jokowi mengundang beberapa anak muda pelaku usaha kopi. Yang menarik adalah pernyataan Jokowi bahwa ekspor kopi itu perlu mempertimbangkan kemungkinan membawa barista Indonesia ke luar negeri. 

Ini merupakan ide menarik. Sama seperti orang Indonesia yang membuka restoran Indonesia di luar negeri,  para pengusaha restoran itu pasti membawa orang Indonesia sebagai tukang masaknya. Jadi ketika ada orang Indonesia membuka warung kopi Indonesia di luar negeri, maka barista-nya juga orang Indonesia.

Banyak Ide untuk Menulis
Walaupun berbagai macam video itu sudah saya kelompokkan, namun masih banyak video lain dengan bahasan yang sangat beragam. Dengan begitu, ide menulis mengenai kopi Indonesia pun sebenarnya masih jauh lebih banyak daripada yang telah saya catat di atas. Apalagi ketika ide untuk menulis tentang kopi dikaitkan dengan berbagai macam studi yang dimungkinkan untuk menganalisa kopi Indonesia. Ada sangat banyak ide untuk menulis tentang kopi Indonesia.

Toh sampai di situ, saya ternyata masih memiliki persoalan. Rencana awal belum terwujud. Rencananya, saya mencari ide untuk menulis tentang kopi Indonesia dan menulisnya. Akan tetapi, sampai sekarang saya belum bisa menulis utuh satu tulisan dengan satu ide. Yang terjadi adalah saya hanya menulis informasi tentang kopi menjadi beberapa kelompok video tentang kopi seperti di atas.

Saya terpaksa mengubah rencana awal. Setelah gagal menulis satu tulisan utuh, saya malah mendapat ide lain. Ide itu adalah menuliskan berbagai informasi kopi itu ke dalam kelompok-kelompok isu berbeda seperti di atas. Lalu saya membuat benang merahnya. Nah benang merah yang menyatukan semua isu itu adalah bahwa ide untuk menulis opini memiliki banyak macam dan cara. 

Perubahan ide untuk menulis masih dimungkinkan dengan menggunakan informasi atau data yang sama. Yang penting untuk diperhatikan adalah menyatukan berbagai informasi itu ke dalam satu opini yang menjadi bentuk riil dari ide untuk menulis. Salah satu benang merah yang cocok untuk tulisan ini, misalnya, adalah "Kopi Indonesia: Dari Jokja Sampai ke Moskow."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun