Pada tahapan tertentu, menulis mau tidak mau memerlukan 'modal' pengetahuan. Salah satu sumber pengetahuan di jaman pandemi Covid-19 ini adalah webinar. Kegiatan webinar menjadi game changer dalam keseharian kita sejak diberlakukan kebijakan work from home (WFH).
Ada webinarisasi segala bentuk pertemuan, entah itu rapat kantor, pertemuan dengan teman (kerja), berbagai bentuk seminar (focus group discussion, konperensi, dan pelatihan), dan sekolah (dari PAUD hingga universitas).
Pembelajaran tatap muka dan langsung secara tiba-tiba dibuat online dan tatap layar. Betul, semua dilakukan secara tiba-tiba dan di-online-kan. Semua dipaksa harus menyesuaikan diri. Harus, tanpa ada kesempatan untuk bertanya atau, bahkan, menolak. Bertanya atau menolak pembelajaran online berarti keberlangsungan proses pembelajaran akan terganggu.
Proses belajar-mengajar yang sudah berada di tengah jalan dan dilakukan secara tatap muka harus tetap berlanjut dengan menggunakan cara-cara online. Ini semua adalah sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Entah mulai kapan berbagai lembaga swasta dan pemerintah menggunakan webinar sebagai salah satu cara untuk tetap bisa menjalankan program-program kegiatannya. Salah satu bentuknya, paling tidak, adalah sosialisasi program kerja lembaga.
Ini menjadi menarik karena kita bisa mengetahui kemampuan lembaga-lembaga itu dalam menyesuaikan diri dengan konsekuensi dari WFH. Kita juga bisa mengetahui kemampuan mereka dalam menguasai isu-isu yang menjadi bidang kerjanya.
Sebagai pengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, saya banyak mengikuti webinar beberapa jurusan HI dari berbagai kampus. Ada semacam semangat baru untuk belajar lagi, menyegarkan lagi (refresh) pengetahuan, dan, kadang-kadang, reuni dengan rekan-rekan sejawat dosen HI.
Webinar tentu saja memberikan teman-teman baru, yaitu para dosen muda dengan pengetahuan baru tentang hubungan internasional. Ada banyak manfaat dari berbagai webinar itu.
Yang menarik adalah aktivisme jurusan HI di berbagai kampus sebagai sebuah bentuk respon cepat dan positif dari maraknya webinar. Ada kerjasama antar-jurusan HI, seperti jurusan HI UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) dan Universitas Binus (Bina Nusantara, Jakarta), Unsoed (Unversitas Jenderal Soedirman, Purwokerto) dan Unpar (Universitas Parahiyangan, Bandung), Unsoed dan Unpad (Universitas Padjajaran), UGM, UI, dan Unair. Â Jurusan HI di kampus-kampus lain menyusul di kemudian hari mengadakan webinar setiap minggu atau tiap dua minggu.Â
Jumlah jurusan Ilmu HI meningkat dalam 3-5 tahun terakhir ini. Berdasarkan catatan saya, ada hampir 75 jurusan HI di kampus-kampus di seluruh Indonesia. Tiap jurusan paling tidak memiliki 70-100 mahasiswa, bahkan ada yang menerima mendekati angka 200 mahasiswa. Banyaknya jumlah mahasiswa jurusan HI ini menjadi potential participants bagi kegiatan webinar.
Selain jurusan HI di berbagai kampus, aktivisme webinar juga diadakan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia (RI). Sebagai leading stakeholder, webinar Kemlu menawarkan isu-isu global yang menarik partisipasi banyak mahasiswa  dari seluruh Indonesia.