Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Sendiri dan Menerbitkan Sendiri

18 September 2020   11:17 Diperbarui: 18 September 2020   11:27 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bagi penulis pemula, menulis itu bisa menyulitkan dan tidak menyenangkan. Situasi bertambah sulit ketika penulis itu diajak berbicara tentang menerbitkan tulisan ke dalam bentuk buku. 

Membuat satu tulisan saja sudah susah, terseok-seok, dan tidak langsung selesai, apalagi menerbitkan tulisan menjadi buku. Ini sungguh tidak terbayangkan. Alih-alih menjadi motivasi, ini mungkin malah merupakan sebuah bentuk penghinaan. 

Namun demikian, kemajuan teknologi dan perkembangan jaman telah memberikan kemudahan bagi penulis, termasuk yang masih pemula. Kedua faktor itu memungkinkan kegiatan menulis dilakukan untuk kepentingan sendiri dan menerbitkan tulisan-tulisan itu untuk keperluan sendiri pula. Pengetahuan ini penting untuk penulis pemula atau penulis yang terlalu memikirkan bahwa tulisannya akan dikomentari orang lain. Oya, soal menulis buat diri sendiri, anda bisa menengok tulisan saya sebelumnya, yaitu Menulis Buat Orang Lain? 

Ide menulis dan menerbitkan sendiri ini sebenarnya seperti ketika kita menulis catatan pribadi atau diari yang memang hanya untuk konsumsi pribadi. 

Kita bisa membeli satu atau dua buku diari yang banyak tersedia di toko-toko buku, lalu menuliskan apa saja yang kita maui di buku diari itu. Tanpa harus menyebut kata' menerbitkan', buku diari itu sudah 'terbit' dengan sendirinya dan menjadi koleksi pribadi si penulis. Tanpa harus ke penerbit atau percetakan sekalipun.

Di jaman serba digital dan online seperti sekarang ini, ide tentang kegiatan menulis dan menerbitkan seperti itu perlu tetap dirawat. Orang perlu menyadari kebutuhan menuliskan siapa saya, siapa keluarga kita, siapa masyarakat kita, hingga siapa itu Indonesia. 

Tidak ada maksud narsistik atau berbangga berlebihan tentang diri kita sendiri. Lha siapa lagi yang menulis tentang ke-saya-an atau ke-kita-an kalau bukan kita sendiri? Apalagi jika dihinggapi sindrom rendah diri 'siapa saya ini' kok menulis tentang saya sendiri. 

Seperti saya sampaikan di awal tulisan, kegiatan menulis sendiri ini untuk keperluan pribadi. Pribadi bisa personal atau keluarga. Pada tataran yang lebih luas, pribadi bisa saja diartikan sebagai komunitas atau masyarakat, dan seterusnya. 

Intinya, menulis dan menerbitkan sendiri ini adalah untuk keperluan pribadi. Bahwa nantinya buku terbitan itu dibaca orang lain, entah sengaja atau tidak, itu menjadi persoalan lain lagi.  

Dengan pemahaman seperti itu,  menulis bukan merupakan kegiatan baru jika kebiasaan menulis catatan atau diari sudah dilakukan dan berlangsung dalam suatu kurun waktu tertentu, bahkan, hingga sekarang.

Dalam pandangan umum, situasi memang menjadi berbeda ketika kegiatan menulis diarahkan pada usaha untuk menerbitkan tulisan itu menjadi buku. Sebuah buku tentu saja memerlukan lebih dari satu tulisan dengan jumlah halaman minimal tertentu sebagai syaratnya. 

Mungkin hingga lima tahun yang lalu, kata 'menerbitkan' berarti mengumpulkan tulisan-tulisan dan mencetaknya menjadi sebuah buku. Bentuk nyata-nya adalah sebuah buku atau dikenal sebagai buku cetak (printed book). 

Kondisi sekarang telah mengubah anggapan umum itu. Pertama, sekarang menerbitkan tulisan tidak selalu berujung pada sebuah buku cetak, tetapi juga bisa dalam bentuk buku elektronik atau e-book. 

Kedua, e-book tidak selalu memerlukan ISBN sebagai identitas buku yang diterbitkan. Ketiga, tanpa ISBN, maka syarat ISBN sebuah e-buku bisa digugurkan, yaitu jumlah halaman dan ukuran buku. 

Ketiga perubahan itu dapat berlangsung jika penerbitan e-book  dilakukan lewat ---salah satunya--- Google Play Books. Di sana, ada pilihan memakai atau tanpa ISBN. Untuk jumlah halaman pun cenderung fleksibel, untuk tidak mengatakan bebas jumlahnya.

Untuk keperluan menulis sendiri dan menerbitkan sendiri, sistem Google Play Books bisa ditiru, namun dengan cara yang lebih mudah dan beban lebih ringan. 

Lebih mudah karena tidak perlu lewat Google tentu saja untuk menerbitkan buku. Fokus tetap pada menulis sendiri beberapa tulisan hingga merasa cukup atau puas dengan jumlah tulisan dan halamannya. 

Setelah itu, mengubah format tulisan itu menjadi bentuk pdf atau epub supaya tulisan dapat dibaca lebih mudah di berbagai gadget, seperti HP, laptop, tablet, PC, dan multi-platform. Banyak portal online yang menyediakan konversi format ke pdf atau epub secara gratis. 

Akhirnya, kegiatan menulis sendiri itu diharapkan bisa mengalami tahap menerbitkan sendiri pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun