3. Utamakanlah keluarga. Jadikanlah rumah dan keluarga sebagai baiti jannati dan satu-satunya tempat kembali. Seorang kepala rumah tangga yang baik adalah yang mengutamakan istri dan anak-anaknya terlebih dahulu. Sedekah yang paling utama Tuhan isyaratkan kepada istri dan anak-anak. Rezki yang diberikan akan lebih berkah dan berlipat pahalanya.Â
Bolehlah membantu orang lain atau keluarga dengan sewajarnya asal tidak menimbulkan kecemburuan serta membuat keretakan dalam rumah tangga itu sendiri. Ingatlah wahai suami, segala yang terjadi pada rumah tangga, yang paling pertama dimintai pertanggungjawabannya adalah suami sebagai pemimpin.Â
Maka, jadilah suami/ayah yang baik, adil, dan dicintai keluarga. Kebahagiaan anak dan istri adalah indikator kesuksesan atau kegagalan suami dalam memimpin rumah tangganya. Jangan sampai ketika selangkah kaki kita menuju pintu surga harus tertahan karena kezaliman yang pernah kita perbuat. Selagi nafas masih dalam raga, semua belum terlambat. Segeralah taubati, Tuhan Maha Pengasih.
4. Saling mengapresiasi satu sama lain. Hal ini dapat membantu meringankan beban psikis pasangan suami istri. Jadwalkan makan malam di luar, berekreasi, atau sekadar olah raga bersama. Sederhana, namun akan menimbulkan kebahagiaan. Dengan begitu, masing-masing merasa dihargai keberadaannya. Sebab tidak dimungkiri baik suami maupun istri pasti memiliki kesibukan tersendiri, jangan meremehkan peran/pekerjaan istri. Justru mereka bekerja lebih keras dan lebih banyak dari suami.Â
Bagi seorang istri/ibu bekerja sungguh tidak mudah karena harus bergelut dan mengatur kesibukan di dua tempat yang berbeda --rumah dan pekerjaan-- potensi stres mereka lebih besar, belum lagi apabila sudah memiliki anak. Sungguh kompleks. Saling menghargai dan mengapresiasi akan menciptakan hormon Bahagia (endorphin), sehingga dapat survive menjalani kehidupan.
5. Tetap berdaya secara pendidikan, ekonomi, dan sosial. Pendidikan di sini bersifat luas. Ilmu dapat diperoleh dari mana saja. Era digital saat ini sangat memudahkan kita untuk mendapatkan informasi, misalnya dari layar HP dan media sosial. Bukan hanya terpaku dari buku atau lembaga formal. Jika kita sibuk, segalanya dapat dipelajari secara online, asalkan ada kemauan. Bahkan jika kesibukan menghampiri, hanya duduk manis makanan ataupun keperluan yang dipesan akan siap diantar kurir. Kini pun banyak seminar yang diadakan secara daring.
Dalam hal ekonomi, tidak ada salahnya perempuan berinisiatif membangun kemandirian dengan memiliki usaha dan menyalurkan bakat-minat terpendam. Bagi yang sudah bekerja dapat menyimpan sebagian penghasilannya untuk ditabung, sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan pribadinya. Ini akan sangat membantu meringankan beban suami dan biasanya akan memiliki kebahagiaan tersendiri nantinya. Banyak pula bunda-bunda zaman now yang memanfaatkan media sosial, menjadi youtuber, selebgram, tiktokers sebagai media promosi usaha mereka. Kreativitas berkolaborasi dengan hobi yang dapat menghasilkan itu sangat luar biasa.
Secara sosial, kita pun tetap harus bersikap empati, santun, rukun dalam bertetangga, saling membantu, dan tidak bersikap eksklusif. Kita sebagai makhluk sosial akan membutuhkan satu sama lain di kemudian hari. Oleh karena itu, kita harus tetap menjaga kerukunan bermasyarakat.
6. Niatkan apapun sebagai ibadah mengharapkan keridhaan-Nya agar menjadi pahala dan kebaikan bagi kita. Dalam perjalanan hidup, sejatinya tidak akan luput dari tantangan dan masalah. Apabila segala sesuatunya kita niatkan ibadah, kebaikan dan pahala  akan kita petik di kehidupan yang akan datang. Janji-Nya mahabenar, jangan pernah menaruh harap kepada makhluk. Ikhlaskan segala yang terjadi maka akan timbul kelapangan hati dan rezki yang menghampiri. Itulah sikap sabar dan tawakal. Sebab dalam sabda-Nya, Allah bersama dengan orang yang sabar. Dan surga-lah tempat kembalinya. Apapun yang terjadi utamakan dan sertakan Tuhan didalamnya.
7. Anak sebagai generasi penerus dan investasi dunia-akhirat. Buah hati adalah dambaan setiap pasangan. Tidak sedikit dalam kasus KDRT anak sebagai korban atau pelampiasan. Pada akhirnya penyesalan yang akan kita dapatkan. Kembali niatkanlah apa yang kita berikan sebagai manifestasi ibadah. Tanpa sadar, segala kebaikan yang telah kita berikan suatu masa akan kembali kepada kita jua. Percayalah, baik dalam bentuk materi maupun nonmateri.Â
Saya sedih, sedang trend saat ini beberapa pasangan milenial memutuskan untuk mengambil langkah freechild. Padahal Allah dan semesta sendiri mempercayai kita untuk menerima keberkahan didalamnya. Sayang seribu sayang, mereka belum memahaminya. Sedangkan, di luar sana tidak sedikit suami-istri yang amat merindukan keturunan dikarenakan faktor kesehatan.