PEREMPUAN: Tertindas atau Menjadi Agen Perubahan (Oleh: Lucy Yolanda, Oktober 2022)
Berbicara soal perempuan memang tak akan ada habisnya. Bagaikan dua sisi pada sebuah koin mata uang yang tak dapat dipisahkan. Perempuan sering kali dicap kaum yang lemah ("Sudah kodrat perempuan itu lemah, jangan sekolah tingi-tinggi ujungnya ke dapur").
 Pernyataan itu sangat keliru. Perempuan tak kalah hebat. Tak sedikit prestasi membanggakan yang banyak ditorehkan perempuan. Allah SWT bahkan mengapresiasi kaum perempuan (Ibu) dengan 'meletakkan' surga di telapak kaki kita.
 Sungguh predikat yang sangat luar biasa, tiada yang lebih besar dari Surga, bukan? Pun menurut ilmu psikologi, otak perempuan memiliki kemampuan multitasking, yaitu kemampuan mengerjakan lebih dari satu aktivitas dalam satu waktu. Itu adalah beberapa kelebihan perempuan.
Tentu kita tidak mengesampingkan peran laki-laki, perempuan sangat memerlukan peran laki-laki dalam hal tertentu, misalnya karena fisik lebih kuat dari perempuan ada beberapa pekerjaan yang memang harus dikerjakan oleh ketrampilan tangan laki-laki. Laki-laki adalah pemimpin, kita sangat memerlukan peran pemimpin.
 Dalam segala aspek kehidupan ini, banyak hal yang pandai dilakukan oleh perempuan. Mulai dari urusan domestik, mendidik hingga mengurus anak, managemen, bahkan bidang/tatanan pemerintahan pun tak lepas dari peran perempuan di dalamnya.Â
Apakah kita tidak ingat, banyak pahlawan wanita Indonesia yang ikut memperjuangkan kemerdekaan. Kemerdekaan yang telah kita rasakan saat ini, tak lepas dari peran para patriot wanita. Di antara mereka ada yang menjadi pemimpin musyawarah kemerdekaan dan ada pula yang ikut bergerilya melawan kolonial.Â
Betapa gagah beraninya mereka. Hal itu merupakan perwujudan semangat Ketuhanan dan Patriotisme yang terpatri. Mereka adalah bunga-bunga bangsa yang mulia dan suci yang harus kita teladani.
Dalam tulisan ini, saya ingin mengkritisi isu yang sedang trending dibicarakan, mengenai seorang perempuan publik figur Indonesia yang sedang  menjadi buah bibir di berbagai kalangan serta linimasa. Sangat 'menggelitik' dan terusik dengan permasalahan ini.Â
Selain popular, pasangan ini adalah generasi milenial, sehingga masyarakat tak asing dan menyenangi mereka. Sementara di negara lain sedang sibuk membuat tatanan dunia baru dengan penerapan teknologi digitalisasi di segala aspek, bagaimana hidup di Mars, aplikasi teknologi robot dalam kehidupan, dan lain sebagainya. Kita di sini masih sibuk dengan mengkritik kasus KDRT tersebut.
Mulai dari publik figur, ketua komnas HAM, bahkan pelajar pun mengetahui hal ini. Para fans fanatiknya berubah haluan karena kekecewaan kepada sang idola yang tak bisa menjadi teladan dan penyampai aspirasi. Hal yang sangat disesalkan karena sang biduan terkesan mengalah terhadap tindakan KDRT yang dilakukan suaminya itu.Â