Status gizi sejak sebelum terjadinya pembuahan dan selama masa kehamilan seorang wanita sebelum hamil sangat menentukan awal perkembangan plasenta dan embrio. Berat badan ibu pada saat sebelum terjadi pembuahan, baik menjadi kurus atau kegemukan dapat mempengaruhi kehamilan dan berdampak pada kesehatan anak dikemudian hari.Â
Kebutuhan gizi yang meningkat pada fase kehamilan, khususnya energi, protein, serta beberapa vitamin dan mineral sehingga ibu harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsinya. Kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berdampak pada kualitas sumberdaya manusia.
Anak yang kurang gizi akan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan pada masa selanjutnya akan tumbuh lebih pendek (stunting) yang berpengaruh terhadap perkembangan kognitif. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada keberhasilan pendidikan, yang berakibat pada menurunnya produktivitas saat usia dewasanya.
Pembicara pada sesi kedua, antara lain Prof. DR.Dr.Rini Sekartini.,SpA (K) menyampaikan kondisi stunting pada anak di Indonesia, penyebab dan dampaknya terhadap tumbuh kembang anak baik pada jangka pendek dan jangka panjang. Lebih lanjut Prof.Â
Rini menyampaikan bahwa prioritas penanganan stunting harus dimulai sejak anak usia dini (usia kurang dari 24 bulan) atau pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan. Dr.Andi Nanis Marzuki.,SpA (K) menyatakan perlu upaya skiring mencari faktor risiko stunting seperti berat lahir, berat badan < 2SD, pola nutrisi, imunisasi serta tingkat pendidikan ibu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI