Mohon tunggu...
Lucky Dwi Septiawan
Lucky Dwi Septiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - currently pursuing a bachelor's degree

Nanotechnology Engineering, Airlangga University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembinaan Pola Asuh Anak dan Remaja di Era Digital (Paaredi) di Desa Nglanduk

9 Agustus 2023   18:10 Diperbarui: 9 Agustus 2023   18:23 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu, peran media massa sangat penting dalam membangun kepercayaan dan kredibilitas di kalangan konsumen. Namun, saat ini perkembangan media massa telah mengalami perubahan. Media massa berdampak pada perilaku manusia dengan tiga dasar pemikiran, yaitu pertama, melihat kekerasan dapat memunculkan keterbangkitan fisik (arousal) yang kemudian bisa disalurkan ke dalam perilaku lain; kedua, penelitian juga menunjukkan bahwa melihat kekerasan dapat memberikan rasa katharsis atau pembebasan emosi; ketiga, melihat kekerasan dapat memicu perilaku agresif dengan mengaktifkan pikiran yang berhubungan dengan kekerasan (violence-related).

Selain itu, tayangan di televisi juga bisa menyebabkan imitasi, yaitu meniru perilaku yang dilihat melalui media.

Orang tua memiliki peran dalam pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seorang anak. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah lingkungan terdekat dari pertumbuhan seorang anak. Selain itu, keluarga juga memiliki fungsi sebagai tempat untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Pada dasarnya, keluarga ditujukan sebagai pendidikan dasar yang memberikan arah bagi seorang anak. Anak dapat tumbuh menjadi seorang yang mandiri, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan kehidupan sesuai dengan martabat dan sejarahnya. Sebaliknya, pendidikan yang buruk dapat memiliki konsekuensi tidak baik untuk pertumbuhan pribadi anak.

Secara psikologis, anak di bawah umur yang melanggar hukum merupakan salah satu bentuk konflik tidak terselesaikan dengan baik pada anak-anak dan remaja. Menurut Aristoteles (Sarlito 2006:21) menunjukkan jika usia 14-21 dimasukkan remaja (dewasa muda). 

Kejahatan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam dari praktik-praktik yang tidak bermoral hingga bertentangan dengan hukum masyarakat. Generasi muda adalah sumber daya manusia yang sangat potensial sebagai penerus cita-cita negara yang memiliki peran sangat penting. Remaja membutuhkan perlindungan dan bimbingan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial secara utuh. Dukungan aktif dan partisipasi positif diperlukan dari semua pihak, terutama orang tua. Dalam hal ini, orang tua harus mendorong psikologi pada remaja dengan menanamkan dalam diri mereka nilai-nilai agama. 

Pola kriminal seorang ayah, ibu atau salah satu anggota keluarga dapat membekas pada sebagian besar anggota keluarga lainnya, terutama remaja. Oleh karena itu, tradisi, kebiasaan, dan filosofi hidup memiliki pengaruh besar dalam membentuk perilaku dan sikap setiap remaja. Dengan kata lain, perilaku orang tua mudah ditularkan kepada individu remaja. Temperamen orang tua, terutama ayah yang agresif, impulsif, pemarah, mendominasi, dan kriminal, tidak hanya mengubah gangguan temperamental tetapi juga menciptakan suasana psikologis yang mencemaskan bagi anak di bawah umur. 

Hal itu berdampak buruk pada psikologi anak muda, sehingga mudah mengembangkan kebiasaan melakukan kejahatan. Kualitas hidup keluarga atau orang tua jelas memegang peranan paling penting dalam membentuk kepribadian remaja. Misalnya, kekacauan keluarga karena kematian orang tua, perceraian, perpisahan orang tua, poligami, keluarga dikelilingi oleh konflik kekerasan, semuanya adalah sumber untuk memicu melakukan kenakalan remaja. Maka dari itu, dukungan dan contoh yang baik dari orang tua sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan karakter bagi remaja (Pratiwi, 2019; Weya, 2015). 

METODE

Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan di Desa Nglanduk, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur. Di era perkembangan teknologi yang semakin pesat, diperlukan pembinaan pola asuh orang tua terhadap anak dan remaja. Hal ini bertujuan untuk mengurangi permasalahan kenakalan remaja yang merupakan salah satu konflik dengan urgensitas tinggi yang perlu diperhatikan di Desa Nglanduk. Kegiatan pembinaan pola asuh anak dan remaja di era digital (PAAREDi) dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 Juli 2023 pukul 09.00-10.00 WIB. 

Kegiatan ini dihadiri oleh ibu-ibu PKK se-kecamatan Wungu dan setiap ibu-ibu PKK mengikutsertakan perwakilan anak remaja. Diharapkan dengan hadirnya ibu-ibu PKK ini dapat meningkatkan ilmu tentang pola asuh yang harus dilakukan orang tua di era digital sehingga anak atau remaja dapat terhindar dari kenakalan remaja akibat perkembangan teknologi. Selain itu, dengan hadirnya anak-anak remaja diharapkan mereka dapat bersikap dengan tepat sesuai dengan perkembangan teknologi. 

Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan metode sosialisasi yang disampaikan langsung oleh salah satu peserta KKN-BBK 2 Desa Nglanduk. Sosialisasi ini menjelaskan tentang pengertian digital native (gen z), manfaat teknologi, risiko penggunaan teknologi, dan pola asuh orang tua yang tepat agar anak terhindar dari risiko penggunaan gadget yang dapat menjerumuskan dalam kenakalan remaja. Pada sesi terakhir sosialisasi dilakukan diskusi atau tanya jawab antara peserta dengan pemater dan kemudian dilakukan proses pemantauan dan evaluasi untuk melihat keberhasilan dari kegiatan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun