Maria Kristin masih mampu mengecap prestasi terbaiknya dengan mendulang medali perunggu di Olimpiade Beijing 2008 setelah memukul wakil China, Lu Lan di perebutan tempat ketiga.
Setelahnya, ada Adriyanti Firdasari. Meski semasa berkarier dirinya terus dihantui cedera lutut, namun daya juangnya masih lebih baik. Selama membela Indonesia, Firda unggul dalam pertandingan beregu, seperti di Uber Cup, Asian Games, hingga Sudirman Cup.
Di ajang SEA Games tahun 2005 Firda sukses menyabet Medali Emas setelah menjegal wakil tunggal putri Malaysia, Wong Mew Choo dengan dua set saja.
Asa Indonesia di nomor tunggal putri sempat dijaga oleh Lindaweni Fanetri. Pemain yang sempat membela Indonesia di Olimpiade Rio 2016 itu menciptakan kejutan besar di ajang Kejuaraan Bulutangkis Dunia 2015 di Jakarta, Indonesia.
Ia mengalahkan ratu bulutangkis Thailand, Ratchanok Intanon hingga sukses maju ke semifinal setelah menghempaskan tunggal putri China Taipei, Tai Tzu Ying.
Linda kemudian harus puas berdiri di posisi ketiga dengan medali perunggu setelah sebelunya misi ke final digagalkan oleh pebulutangkis India, Saina Nehwal.
Ada pula nama Fitriani yang coba membangkitkan prestasi tunggal putri Indonesia dengan menyumbangkan gelar di ajang Thailand Masters 2019.
Kini, tunggal putri Indonesia hanya menunggu bibit-bibit yang bisa dipercaya untuk meraih prestasi, mengulang kejayaan sektor putri Indonesia.
Gregoria Mariska Tunjung, menjadi tunggal putri andalan Indonesia saat ini. Ia menjadi pemain peringkat tertinggi di posisi 23 dunia.
Sayang, sepanjang tahun 2021 ini, Gregoria Mariska juga tak mampu melangkah lebih jauh di turnamen individual, seperti Denmark Open hingga Hylo Open 2021. Gregoria terhenti di round 32 hingga round 16.
Sementara salah satu tunggal putri yang kini begitu mencuri perhatian adalah Putri Kusuma Wardani. Ia baru saja mengukir prestasi dengan juara Czech Open 2021. Rankingnya pun mulai menanjak hingga saat ini bertengger di ranking 86 dunia.