Mohon tunggu...
Lucky Nurdiansyah
Lucky Nurdiansyah Mohon Tunggu... Dokter - Seorang Hamba Allah yang merindukan surga-Nya

Seorang pemuda yang fakir ilmu dan amal. Berharap dengan secercah goresan pena bisa menjadi pemberat amal kebaikannya. Belajar dari berbagai pengalaman dan buku serta olahraga adalah kesenangannya. Penulis bisa dihubungi di email : luckynurdiansyah.lucky@gmail.com. Facebook : Lucky Nurdiansyah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ah, Itu Semua Hanya Kata Orang

28 Februari 2016   18:07 Diperbarui: 28 Februari 2016   18:20 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti itulah fenomena kehidupan ini. Seorang ahli pernah mengatakan bahwa Anda bergerak atau Anda tidak bergerak, Anda akan dikritik. Oleh karena itu lakukan saja sesuatu yang menurut Anda benar. Ketika sudah menetapkan hati untuk melakukan sesuatu yang itu insyaAllah baik dan benar, maka apa kata orang yang bersifat cemeeh tidak usah dipedulikan, namun ketika ada kritik yang membangun maka tanggapilah secara positif.

Semasa SMA, saya pernah masuk berbagai organisasi yang menekankan disiplin setengah militer. Nah, pada saat test (kawan-kawan menyebutnya itu tes mental) saya disuruh untuk melakukan sesuatu. Saat itu saya bertanya terlebih dahulu “Apa tujuan dari ini?” namun alih-alih dijawab, saya justru dibentak sambil disiram air. Akhirnya dengan terpaksa saya penuhi semua keinginan dari instruktur saya itu. Diakhir tes itu saya dibilang sebagai orang yang “sok” dan sombong. Kemudian kira-kira seminggu kemudian saya tidak hadir saat latihan dan saat itu juga saya dibilang sebagai orang yang egois.

Dalam hati tentu saya bertanya, darimana sombong saya dan darimana egois saya? Sombong dari yang saya pelajari adalah menolak kebenaran dan membanggakan apa yang dimilikinya, seperti kisah Qarun, Fir’aun dan lain-lain. Egois itu adalah mementingkan kepentingan sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. Contohnya adalah orang yang merokok disamping ibu hamil atau anak-anak.

Saya terus instropeksi diri dan waktu itu memang segala yang disebut oleh instruktur tadi tidak bisa saya pahami dan saya cocokkan pada diri saya. Ternyata setelah saya konsultasikan pada dua orang yang saya anggap mentor menyatakan bahwa saya memang bukan seperti yang mereka lontarkan. Dari sana saya dapat pelajaran untuk tetap bertahan pada prinsip yang telah diyakini kebenarannya dan menganggap olokan itu sebagai bentuk perhatian seseorang karena telah memperhatikan kita. Kisah ini saya angkat bukan untuk membanggakan diri, bukan untuk menjelekkan orang lain, melainkan untuk berbagi pelajaran kepada kita semua.

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun