Mohon tunggu...
Matoto Papayungan
Matoto Papayungan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa dari UKSW, hobi saya membuat design t shirt dan poster atau yang berkaitan dengan graphic design, dan juga hobi saya main game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Smartphone dan Sepatu Branded: Gaya Hidup Atau Simbol Keren yang Bikin Eksis? Yuk, Bahas Lebih Santai Soal Tren dan Status Sosial!

4 Desember 2024   00:14 Diperbarui: 4 Desember 2024   00:35 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi dan kapitalisme memainkan peran besar dalam penyebaran tren ini. Produk seperti iPhone tidak hanya menjadi simbol status di negara asalnya, tetapi juga diadopsi sebagai simbol global yang mendefinisikan gaya hidup modern di banyak negara. Hal ini menunjukkan bagaimana produk global dapat memengaruhi budaya lokal, menciptakan aspirasi dan ekspektasi baru dalam masyarakat.

Sebagai contoh, Air Jordan, yang awalnya dibuat untuk pemain basket profesional, kini menjadi ikon mode global. Perpaduan antara pemasaran yang strategis dan pengaruh budaya pop, seperti musik hip-hop dan streetwear, telah mengangkat merek ini ke status global. Namun, popularitas global ini juga memperkuat ketidaksetaraan, karena tidak semua orang mampu mengakses produk ini dengan mudah.

Meskipun tren seperti iPhone dan Air Jordan memberikan kebanggaan dan rasa identitas, mereka juga memicu kritik. Salah satunya adalah bahwa tren ini sering kali mengutamakan konsumsi yang berlebihan. Banyak yang berargumen bahwa daya tarik utama produk-produk ini bukanlah fungsinya, tetapi status yang mereka wakili. Sebagai contoh, seorang pengguna iPhone mungkin tidak memanfaatkan seluruh fitur teknologinya, tetapi merasa bahwa memiliki iPhone menunjukkan status sosial yang lebih tinggi.

Kritik lain datang dari aspek keberlanjutan. Barang-barang seperti iPhone memiliki siklus hidup yang pendek karena teknologi yang terus berkembang, yang memaksa konsumen untuk terus membeli model terbaru. Hal ini tidak hanya memengaruhi keuangan individu, tetapi juga menciptakan limbah elektronik yang merugikan lingkungan.

Bagi banyak orang, tekanan sosial untuk mengikuti tren dapat berdampak besar. Dalam komunitas remaja, misalnya, Air Jordan sering dianggap sebagai lambang "coolness". Mereka yang tidak mampu membelinya mungkin merasa diasingkan atau tidak relevan. Fenomena ini menciptakan tantangan psikologis, seperti rasa rendah diri atau kebutuhan untuk "memaksakan diri" agar terlihat relevan.

Dalam kasus iPhone, survei menunjukkan bahwa lebih dari 70% konsumen memilih merek ini bukan hanya karena fitur teknologinya, tetapi juga karena pengaruh sosialnya. Banyak yang merasa bahwa memiliki iPhone memberikan rasa percaya diri dan penerimaan dalam kelompok sosial mereka.

Namun, tidak semua dampak tren bersifat negatif. Dalam banyak kasus, tren juga menciptakan solidaritas dan identitas bersama. Komunitas penggemar Air Jordan, misalnya, sering mengadakan acara atau diskusi yang memperkuat hubungan sosial mereka. Dalam konteks ini, tren dapat menjadi alat untuk memperkuat ikatan sosial dan membangun rasa komunitas.

Tren seperti iPhone dan Air Jordan adalah fenomena kompleks yang mencerminkan dinamika sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat modern. Mereka berfungsi lebih dari sekadar barang konsumsi; mereka adalah alat untuk menunjukkan identitas, status, dan hubungan sosial. Namun, tren ini juga memperkuat ketidaksetaraan sosial dan menciptakan tekanan psikologis bagi mereka yang merasa harus memaksakan diri untuk mengikuti.

Melihat tren melalui perspektif antropologi dan budaya material membantu kita memahami lebih dalam dampaknya terhadap masyarakat. Penting untuk menyadari bahwa tren bukan hanya tentang barang yang kita konsumsi, tetapi juga bagaimana kita memaknai dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kesadaran ini, kita dapat lebih bijak dalam mengikuti tren dan mendorong model yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

sumber: lifestyle.kompas.com
sumber: lifestyle.kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun