Film dua garis biru (2019) merupakan hasil karya Gina S. Noer yang menceritakan tentang pentingnya Pendidikan seks terutama bahaya seks bebas. Film ini dirilis pada tahun 2019 yang menjelaskan tentang realitas pernikahan dini yang masih dianggap tabu bagi sebagian kalangan masyarakat Indonesia yang diperankan oleh aktor muda perfilman Indonesia yaitu Adhisty Zara dan Angga Yunanda. Â
Film ini mengangkat tema tentang kehamilan seorang remaja di luar nikah.Â
Film ini bercerita tentang sepasang kekasih yang sedang merajut asmara di bangku SMA. Pasangan kekasih tersebut tampak saling melengkapi satu sama lain. Hubungan mereka sudah mendapat dukungan dari kedua belah pihak keluarga.Â
Latar belakang keluarga Bima dan Dara berbeda, Dara memiliki keluarga yang berkecukupan sedangkan Bima merupakan keluarga kelas bawah. Suatu ketika Dara dan Bima melakukan kesalahan yang sangat fatal yang mengakibatkan Dara hamil. Setelah kejadian kehamilan Dara pihak sekolah memanggil orang tua Dara dan harus dikeluarkan dari sekolah.
Kontroversi Film
Menariknya, film yang sukses meraup 2 juta penonton hanya dalam waktu 2 minggu tetapi film dua garis biru ternyata menuai kontroversi dari berbagai kalangan.Â
Sebelum film dua garis biru ditayangkan petisi menolak film dua garis biru sudah banyak ditandatangani oleh para warga netizen. Pembuat petisi tersebut menuliskan bahwa film ini dapat menjerumuskan para generasi muda serta menganggap kalau pacaran dan hamil di luar nikah menjadi sesuatu yang dianggap wajar.Â
Petisi tersebut bertajuk "Jangan Loloskan Film yang menjerumuskan! Cegah Dua Garis Biru di Luar Nikah. Banyak dari warganet yang menandatangani petisi tersebut mengaku menolak untuk menayangkan film dua garis biru hanya karena mereka baru melihat trailer film ini. Â Alasan menuai kontroversi karena tema yang diangkat yakni hamil di luar nikah yang dialami anak sekolah sehingga merupakan isu yang sensitif. Â Â
Review dan makna film
Tiga penonton berbeda sudah menonton film Dua Garis Biru dan memiliki pandangan berbeda-beda tentang makna dan pesan yang mereka terima dari film tersebut.Â
Penonton pertama yaitu FD seorang mahasiswa berumur 20 tahun. Menurut FD dari segi makna film Walaupun di luar terlihat baik, berwawasan dan banyak hal lainnya tapi itu semua tidak selalu mencerminkan hal-hal di dalamnya yang jarang terekspose seperti masalah komunikasi antar keluarga. Edukasi seksual di Indonesia masih terbilang tabu, sehingga banyak remaja yang akhirnya berusaha mencari tahu sendiri atau bahkan terjerumus ke dalam hal tersebut.Â
Dari sini dapat dipahami kalau keterbukaan komunikasi antar orang tua dan anak itu sangat penting sehingga kedepannya tidak menimbulkan kecanggungan untuk membahas apapun masalah tersebut termasuk edukasi seksual.
Penonton selanjutnya yaitu LG seorang mahasiswa berumur 19 tahun. Menurut LG Sedekat dan selama apapun hubungan kalian dengan seseorang, tidak dapat menjadi jaminan hubungan komunikasi kalian akan menjadi mudah. Film ini membuktikan bahwa nyatanya komunikasi antara orang tua dan anak pun bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan dalam mencari jalan keluar dari suatu masalah.
Penonton ketiga yaitu NV seorang mahasiswa berumur 21 tahun. Menurutnya Kita perlu untuk kasih edukasi ke anak-anak sejak dini terutama tentang edukasi seksual. Bagaimana menjadi diri mereka baik anak perempuan maupun anak laki-laki, kedekatan emosional antara anak dan orang tua.Â
Orang tua juga perlu untuk diberikan edukasi tentang parenting agar mereka juga siap di dalam mengelola emosi mereka dan tau cara di dalam menghadapinya dampak dari kesalahan tersebut.
Daftar Pustaka
Astuti, R. A. V. N. P. (2022). Buku Ajar: Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press.
Nabilla, F. (2021, Juli 28). Sinopsis Film Dua Garis Biru: Edukasi Seks dari Kisah Kehamilan Remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H