Mohon tunggu...
Luciana Handa Pratiwi
Luciana Handa Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Komputer Indonesia

ENTP-T✨

Selanjutnya

Tutup

Bola

Tragedi Kanjuruhan: Penonton Melarikan Diri saat Polisi Menembakkan Gas Air Mata, Salah Satu Penyebab Ratusan Nyawa Melayang

11 Oktober 2022   02:47 Diperbarui: 11 Oktober 2022   02:52 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelebihan kapasitas juga memperburuk situasi, menurut Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. Panitia sepak bola setempat telah mencetak 42.000 tiket untuk stadion dengan kapasitas 38.000, menurut Mahfud MD, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia.

Dia mengatakan para korban meninggal "karena terinjak-injak" --- mereka diinjak-injak dan mati lemas.

"Tidak ada korban pemukulan atau penganiayaan terhadap suporter," katanya. (KOMPAS.com, 2022)

Liga sepak bola, PT Liga Indonesia Baru, menangguhkan permainan setidaknya selama seminggu dan menyampaikan belasungkawa dalam sebuah pernyataan.

Badan pengatur sepak bola nasional, P.S.S.I., juga menyampaikan belasungkawa dan mengatakan penyelidikan sedang berlangsung tetapi tampaknya menyalahkan Aremania, dengan mengatakan pihaknya "menyesali tindakan" para penggemar.

Kekerasan sepak bola telah lama menjadi masalah bagi Indonesia, dimana persaingan sengit dan seringkali mematikan antara tim-tim besar sering terjadi. Flare sering dilemparkan ke lapangan, dan polisi anti huru-hara selalu hadir di banyak pertandingan. Sejak 1990-an, puluhan penggemar tewas dalam kekerasan terkait sepak bola. (ABC.net, 2019)

Para ahli mempertanyakan penggunaan gas air mata oleh polisi di stadion.

Pakar hak asasi manusia dan kepolisian telah mengajukan pertanyaan tentang taktik polisi dalam insiden maut yang menewaskan sebanyak 131 orang dalam pertandingan sepak bola di Indonesia, khususnya penggunaan gas air mata.

Gas air mata, yang menyebabkan sensasi terbakar di mata, mulut, hidung, paru-paru dan kulit, adalah senjata terlarang, yang dapat mempengaruhi sekelompok massa. Mereka yang tidak bergerak kemungkinan akan mencoba melarikan diri semampu mereka.

"Gas air mata sangat berisiko untuk digunakan di daerah seperti stadion, dimana orang-orang sulit untuk keluar", kata Owen West, dosen senior kepolisian di Edge Hill University di Inggris. (Wired.co.uk, 2020)

"Sangat, sangat berbahaya menggunakan penyebaran gas air mata dalam kasus ini," kata West. "Gas air mata adalah senjata jarak jauh. Itu ada untuk membuat jarak antara massa dan polisi. Itu ada untuk membubarkan. Dan terutama di benak petugas polisi yang memikirkan itu seharusnya baik, jika kita menggunakan perangkat ini, ke mana kita berharap orang-orang bubar?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun