Melihat berita suasana di Masjidil Haram lewat televisi beberapa hari terakhir, sontak mengajak anganku mengembara pada perjalanan spiritual menuju ke kota suci Mekkah tahun lalu.
Saat pandemi berlalu dan Masjidil Haram telah dibuka kembali, berangkatlah aku menuju ke kota suci bagi umat muslim itu. Awalnya aku menangguhkan keberangkatan karena masih ada rasa was-was, tapi berkat support dan doa restu dari orang yang aku anggap sebagai malaikat tak bersayapku, akhirnya aku bulatkan niat untuk menjawab panggilan ALLAH mengunjungi altar suci_NYA.Â
Umrah bagi sebagian umat mengatakan, "Saya belum terpanggil" Aku hanya tersenyum mendengarnya, itu bukankah sebuah alasan yang mencari pembenaran saja ?
Aku bukanlah ahli agama ataupun ahli ibadah, aku hanya seorang Mualaf yang baru bisa mengucapkan ayat-ayat pendek di dalam melaksanakan Sholat. Aku juga tidak pandai menafsirkan arti ayat-ayat suci Al'quran seperti sebagian besar umat muslim. Tapi aku sangat yakin dan percaya bahwa Allah menyayangi aku, sehingga menurunkan hidayah kepadaku untuk mengikuti jalan yang benar bersama Baginda Rasullullah.
Apakah ada persiapan ? tidak ada sama sekali seperti layaknya orang-orang pergi ke tanah suci. Persiapan hanya packing pakaian & mukena untuk keperluan selama ibadah. Finally, berangkatlah aku menuju hotel di bandara Soekarno Hatta titik kumpul yang ditentukan oleh pihak travel agar mudah menyatukan semua peserta saat keberangkatan nantinya.
Saat aku sampai di bandara SoeTa, hujan lebat sekali dengan petir bersahut-sahutan. Dalam hati aku bertanya "Ya Allah, tidak KAU restui-kah kepergianku ?" tak sadar air mataku menetes "Tunjukkan kepadaku ya Allah satu tanda dari MU apabila aku telah benar berada di jalanMU." lanjut doaku dalam hati. Â
Setelah rombongan kami bermalam sehari di hotel, esok harinya kami dijadwalkan check in ke imigrasi pukul 02.00 WIB dini hari. Dengan dikawal Banser kami menuju ke terminal 3 SoeTa. Alhamdulillah cuaca terang tanpa hujan lebat yang super ekstrim seperti kemarin. Dan sampai dengan boarding tidak ada kendala yang berarti.
Sembilan jam mengudara akhirnya sampailah kami di Bandara International King Abdul Aziz Madinah. Seorang Muthawif sudah menunggu kami di pintu kedatangan, menyambut kami dengan ramah. Muthawif adalah seorang WNI yang sedang melanjutkan kuliah di Madinah. Jadi kami mudah menanyakan sesuatu hal yang kami belum paham bisa dengan menggunakan bahasa indonesia. Â
Setelah memberikan ucapan selamat datang kepada kami, kemudian Muthawif memberikan informasi bahwa bus pariwisata dengan kode booking dari agen Travel Indonesia mengalami kerusakan mesin. Akan tetapi pihak travel lokal telah mengganti dengan bus pariwisata super luxury. Wow...kami serasa dimanjakan dengan interior limousine. Â Spontan dalam hati aku berbisik : "Ya Allah...aku merasakan satu tanda yang Engkau tunjukkan kepadaku." Kami sangat menikmati perjalan menuju hotel. Suasana kota Madinah masih sepi Jamaah Umrah jika dibandingkan dengan kondisi saat ini. Sampailah kami di Hotel tempat kami menginap yang hanya berjarak 0,5 km dari Masjid Nabawi. Jadi kami bisa selalu melaksanakan ibadah sholat fardhu berjamaah di Masjid.
Seminggu kami habiskan waktu ibadah dan ziarah tempat-tempat suci di Madinah, kemudian dilanjutkan perjalanan menuju Makah dengan sangat nyaman. Secara armada yang kami gunakan sangat mewah. Ekspektasi agen travel adalah sesuai budget yang ada, akan tetapi Allah memberikan fasilitas untuk kami diatas hitungan manusia.