Alat yang digunakan untuk membuat lubang biopori, adalah alat bor tanah biopori bentuknya sepanjang tongsis. Hehe…panjang gagang 130cm, diameter mata bor 10cm, panjang tangkai pegangan 40cm, tipenya beragam tergantung jenis tanah yang akan dilakukan pengeboran. Harganya setau saya 200ribuan. Lokasi yang tepat untuk membuat lubang biopori adalah pada daerah air hujan yang mengalir seperti pada halaman rumah, atau tanah dekat mengalirnya cucian piring (kalau cuci piringnya diluar kaya saya pake jongkok, teras samping rumah. Tanah yang mau dibor sebaiknya dibanjur air dulu biar ngak keras.
[caption id="attachment_385733" align="aligncenter" width="465" caption="ilustrasi. Sumber:google"]
Catatannya, setiap 15cm atau sedalam mata bor, berhenti dulu untuk membersihkan tanah yang nempel supaya beban kerja bor tidak dipaksakan dan menjaga agar alat tidak cepat rusak. Setelah lubang selesai di buat. Masukan sampah-sampah kelubang tersebut. Pilihlah sampah organic bekas sayuran atau bekas sampah dedaunan waktu nyapu pekarangan, pokoknya yang sifatnya basah dan cepat busuk. Jangan masukan sampah plastic, bekas botol mineral atau bekas kaleng kedalam lubang. Sebaiknya sampah non-organik bias dimanfaatkan untuk pot-pot sebagai media tanam.
Cara kerja lubang resapan biopori sebagai tabungan sumber air.
Dengan adanya lubang resapan biopori otomatis fungsi tanah menjadi maksimal, terutama dalam meningkatkan daya resap air. Terutama air hujan, sehingga bila di terapkan dalam perkotaan atau perumahan padat penduduk dapat mengurangi resiko banjir dari luapan gorong-gorong akibat hujan dengan curah banyak.
Proses dalam LRB, fauna dalam tanah akan membuat terowongan kecil sehingga luas bidang permukaannya akan bertambah. Contoh, bila lubang bor diameter 10cm dengan kedalaman 100cm maka luas bidang tanah yang tercipta untuk resapan sebanyak 3.218cm2 (setara dengan volume air hujan gentong air. Jadi, bayangkan bila ada lebih banyak lagi lubang biopori yang kita buat. Bisa berapa banyak tabungan air tanah yang kita simpan kemudian hari?
Dengan adanya lubang biopori, kita tidak perlu khawatir biar air sumur menjadi kering. Soalnya mayoritas masyarakat di Bogor bergantung pada keberadaan air tanah untuk konsumsi air sehari-hari. Jarang yang berlangganan PDAM soalnya mahal. Selain di gunakan untuk tabungan air tanah masa mendatang, lubang biopori bisa dimanfaatkan untuk membuat kompos tanaman. Karena setelah sampah dalam lubang sudah lebih 3 bulan, sampah sudah mengalami pembusukan dan siap dijadikan kompos.
Tanaman yang banyak ditanam di Kampung Ramah Lingkungan Perum LIPI ini adalah hortikulturan jenis tanaman sayur dan buahan sebagai penyangga kebutuhan dapur setiap rumah tangga. Sebenarnya hanya sesederhana itu saja system pemanfaatan air hujan (SPAH) lebih sederhana dibanding pembuatan sumur serapan atau SURES dan sebagainya.
DUA MISI
Menyebarkan edukasi Pembuatan Lubang Biopori ke desa lain.
Kompasianer boleh mencari referensi dalam media manapun. Kabupaten Bogor sangat menyedihkan. Tidak ada program yang dilakukan untuk pembangunan desa atas program yang di prakarsai Pemda. Apalagi yang bertemakan lingkungan. Jangankan program membangun desa mandiri. Hampir 6 tahun saya jadi warga Kab.Bogor jalanan baru di aspal dan mulus ketika Istri dari Gubernur Jawa Barat Aher mau datang meninjau Puskesmas di daerah Bojong Gede, tepatnya desa Sukmajaya. Jadi berharap banget bahwa adanya Kampung Ramah Lingkungan Perum LIPI ini bisa menjadi percontohan atau semangat bagi warga-warga lingkungan desa/kecamatan lain di wilayah Kab. Bogor untuk berbuat hal yang sama. Lakukan saja dulu dengan swadaya masyarakat, gotong-royong. Memang agak sulit karena setiap gerakan perlu ada TRIGER. Tapi itu lebih baik dibanding menunggu kucuran dana yang sudah di amanatkan UU no.6 tahun 2014 tentang Desa seperti pribahasa pungguk merindukan bulan.