Mengenali permasalahan dan potensi wilayah.
Membangun SPAH untuk tabungan sumber air bersih.
Berita tertangkapnya Bupati Kabupaten Bogor, Rahmat Yasin pada pertengahan tahun 2014 oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus suap tukar alih fungsi hutan lindung menjadi lahan komersil (perumahan) milik pengembang PT. Bukit Jonggol Asri adalah kabar duka bagi seluruh masyarakat kabupaten bogor. Bukan karena kami terlalu cinta dengan mantan bupati kami. Tapi mengingat dampak jangka panjang akibat perbuatannya tersebut pada lingkungan, dimana kami tinggal di dalamnya.
Karena tidak main-main, konversi hutan lindung yang dilakukan olehnya seluas 2.754 hektar. Bukan jumlah sedikit. Meskipun terbilang udiknya kota Bogor. Faktanya wilayah kabupaten Bogor tidaklah lagi bernuansa perkampungan, dimana banyak pepohonan, udara masih sejuk, air masih dingin, sungai masih bersih, kalau pagi masih terdengar suara cit-cit-ciut burung-burung. Itu karena jumlah perkampungan kian tergerus oleh cluster perumahan, industri, pusat perbelanjaan, bangunan pusat pemerintahan, dan yang terbaru, yang akan menjadi beban lingkungan adalah rencana pembangunan terusan tol antasari-krukut-cinere cimanggis, depok-bojong gede sampai ke cibinong.
Mengenali permasalahan dan potensi wilayah.
Menemukenali permasalah sejak dini harus ditempuh warga Kabupaten Bogor. Mau tidak mau, suka tidak suka karena sekarang bukan saatnya lagi untuk kita bilang tidak peduli. Karena disini kita tinggal. Memburuknya lingkungan, akan berdampak langsung pada kehidupan kita. Termasuk kerusakan sumber daya air yang tidak bisa dipisahkan karena dampak berkelanjutan dari hilangnya fungsi hutan, tata ruang wilayah yang amburadul hingga pertambahan penduduk. Sedangkan, kebutuhan air bagi manusia ngak bisa ditawar-tawar atau dikonversi keberadaannya.
Demikian itu, salah satu point dibalik pencanangan kampung ramah lingkungan perum LIPI Bojong Gede yang baru-baru ini diresmikan. Termasuk programnya untuk memperbanyak lubang-lubang resapan biopori yang multi manfaat, karena selain bisa mengatasi banjir, mengatasi permasalahan sampah yang berasal dari rumah tangga. Lubang resapan biopori juga digunakan sebagai tabungan atas ketersediaan air tanah untuk kebutuhan air bersih kita dalam jangka waktu kedepan.
[caption id="attachment_385723" align="aligncenter" width="346" caption="Program ini di gerakan pertamakali oleh warga sendiri. Atas dasar kesadaran. Baru apresiasi dari pemerintah datang."][/caption]
Kita sadar akan potensi hujan yang banyak karena tinggal di kawasan Bogor. Dalam musim kemarau, hujan bisa datang seminggu 4kali, terlebih di musim penghujan. Air dari langit adalah berkah karena hujan bisa datang sehari 2kali. Pagi hujan, sore atau malam bisa turun hujan lagi, yang kasian ya warga Jakarta yang tiap tahunnya rutin dikirimi parsel berkubik-kubik air dari Bogor.
Tapi air segitu banyak dari air hujan, bukan menjadi jaminan. Kabupaten Bogor bebas dari kesulitan mendapatkan air besih. Kalau masih meragukan silahkan googling dengan kata kunci kekeringan di kabupaten Bogor/ krisis air di Kabupaten Bogor. Sedang daerah Bojong gede pun, mulai banyak sumur yang kering. Mata air di dalam tanah sudah sulit ditemui meskipun berbelasan-belas meter sudah digali. Ini tantangan bagi warga sebenarnya, untuk itu Kampung Ramah Lingkungan Perum LIPI, Bojong Gede adalah jawabannya. Sebagai contoh, bahwa permasalahan harus dijawab oleh warganya sendiri jangan mengharapkan pada pemerintah.
[caption id="attachment_385727" align="aligncenter" width="288" caption="Bapak dedi menerima penghargaan dari Badan Lingkungan Hidup Kab. Bogor"]
Jangan Biarkan Air Hujan Terbuang Percuma.
Adalah bapak Dedi, ketua RT kami di perum LIPI Bojong Gede yang memberi wacana untuk membangun Kampung Ramah Lingkungan diwilayah kerjanya. Saya ceritakan dukanya bahwa mengajak orang lain untuk sadar menjaga lingkungan dengan turut berpartisipasi bukan soal gampang. Butuh kesabaran ekstravaganza buat memberi informasi program yang ingin di galahkan. Menerangkan manfaat akan program itu, tapi mayoritas orang setelah tahu banyak manfaatnya pun tidak serta merta bergabung. Sampai akhirnya penggagas memberi contoh dengan melakukan kegiatan serba sendiri (tanpa dukungan penuh warga). Paling anak-anak muda yang kece dan keren kaya saya yang bersedia ikut partisipasi. Itupun jumlahnya ngak banyak cuma bisa dihitung jari.
Awal-awal minggu, sampai awal-awal bulan program ini berjalan. Kebanyakan warga masih sebatas nonton apa yang kami kerjakan. Dangdut kali jadi tontonan. Padahal pembuatan lubang-lubang resapan biopori tidak sulit di buat. Tinggal tekan, putar, buat lobang lebih dalam. Tekan lagi, putar lagi, tekan lagi. Putar lagi sampai kedalaman 100cm.
Alat yang digunakan untuk membuat lubang biopori, adalah alat bor tanah biopori bentuknya sepanjang tongsis. Hehe…panjang gagang 130cm, diameter mata bor 10cm, panjang tangkai pegangan 40cm, tipenya beragam tergantung jenis tanah yang akan dilakukan pengeboran. Harganya setau saya 200ribuan. Lokasi yang tepat untuk membuat lubang biopori adalah pada daerah air hujan yang mengalir seperti pada halaman rumah, atau tanah dekat mengalirnya cucian piring (kalau cuci piringnya diluar kaya saya pake jongkok, teras samping rumah. Tanah yang mau dibor sebaiknya dibanjur air dulu biar ngak keras.
[caption id="attachment_385733" align="aligncenter" width="465" caption="ilustrasi. Sumber:google"]
Catatannya, setiap 15cm atau sedalam mata bor, berhenti dulu untuk membersihkan tanah yang nempel supaya beban kerja bor tidak dipaksakan dan menjaga agar alat tidak cepat rusak. Setelah lubang selesai di buat. Masukan sampah-sampah kelubang tersebut. Pilihlah sampah organic bekas sayuran atau bekas sampah dedaunan waktu nyapu pekarangan, pokoknya yang sifatnya basah dan cepat busuk. Jangan masukan sampah plastic, bekas botol mineral atau bekas kaleng kedalam lubang. Sebaiknya sampah non-organik bias dimanfaatkan untuk pot-pot sebagai media tanam.
Cara kerja lubang resapan biopori sebagai tabungan sumber air.
Dengan adanya lubang resapan biopori otomatis fungsi tanah menjadi maksimal, terutama dalam meningkatkan daya resap air. Terutama air hujan, sehingga bila di terapkan dalam perkotaan atau perumahan padat penduduk dapat mengurangi resiko banjir dari luapan gorong-gorong akibat hujan dengan curah banyak.
Proses dalam LRB, fauna dalam tanah akan membuat terowongan kecil sehingga luas bidang permukaannya akan bertambah. Contoh, bila lubang bor diameter 10cm dengan kedalaman 100cm maka luas bidang tanah yang tercipta untuk resapan sebanyak 3.218cm2 (setara dengan volume air hujan gentong air. Jadi, bayangkan bila ada lebih banyak lagi lubang biopori yang kita buat. Bisa berapa banyak tabungan air tanah yang kita simpan kemudian hari?
Dengan adanya lubang biopori, kita tidak perlu khawatir biar air sumur menjadi kering. Soalnya mayoritas masyarakat di Bogor bergantung pada keberadaan air tanah untuk konsumsi air sehari-hari. Jarang yang berlangganan PDAM soalnya mahal. Selain di gunakan untuk tabungan air tanah masa mendatang, lubang biopori bisa dimanfaatkan untuk membuat kompos tanaman. Karena setelah sampah dalam lubang sudah lebih 3 bulan, sampah sudah mengalami pembusukan dan siap dijadikan kompos.
Tanaman yang banyak ditanam di Kampung Ramah Lingkungan Perum LIPI ini adalah hortikulturan jenis tanaman sayur dan buahan sebagai penyangga kebutuhan dapur setiap rumah tangga. Sebenarnya hanya sesederhana itu saja system pemanfaatan air hujan (SPAH) lebih sederhana dibanding pembuatan sumur serapan atau SURES dan sebagainya.
DUA MISI
Menyebarkan edukasi Pembuatan Lubang Biopori ke desa lain.
Kompasianer boleh mencari referensi dalam media manapun. Kabupaten Bogor sangat menyedihkan. Tidak ada program yang dilakukan untuk pembangunan desa atas program yang di prakarsai Pemda. Apalagi yang bertemakan lingkungan. Jangankan program membangun desa mandiri. Hampir 6 tahun saya jadi warga Kab.Bogor jalanan baru di aspal dan mulus ketika Istri dari Gubernur Jawa Barat Aher mau datang meninjau Puskesmas di daerah Bojong Gede, tepatnya desa Sukmajaya. Jadi berharap banget bahwa adanya Kampung Ramah Lingkungan Perum LIPI ini bisa menjadi percontohan atau semangat bagi warga-warga lingkungan desa/kecamatan lain di wilayah Kab. Bogor untuk berbuat hal yang sama. Lakukan saja dulu dengan swadaya masyarakat, gotong-royong. Memang agak sulit karena setiap gerakan perlu ada TRIGER. Tapi itu lebih baik dibanding menunggu kucuran dana yang sudah di amanatkan UU no.6 tahun 2014 tentang Desa seperti pribahasa pungguk merindukan bulan.
Karena dengan mengajak orang lain diluar lingkungan Perum LIPI untuk membuat gerakan membuat lubang biopori artinya kita menunda bencana alam regional. Becana kesulitan mendapat air bersih di kemudian hari, karena sumur terlanjur kering. karena mata air sulit ditemui karena makin padatnya pembangunan untuk perumahan.
[caption id="attachment_385745" align="aligncenter" width="600" caption="Keren banget ya, kalau ada yang kaya gini di wilayah tingkat desa. Kaya diluar negeri"]
Ingin Membuat Pengelolaan Air Sehat Siap Minum.
Jauh-jauh hari saat penggodokan program Kampung Ramah Lingkungan di Perum LIPI. Gagasan ARSINUM (air siap minum) memang pernah disampaikan. Di wilayah bogor dimana masih ada sumber air dari sumur tidak sulit di wujudkan. Bayangan saya seperti di luar negeri, kita biasa minum langsung dari air keran dari sebuah taman. Tapi, taman di kabupaten Bogor jarang ada, jumlahnya bahkan lebih sedikit dari koleksi taman di Jakarta.
ARSINUM bukan sekedar air siap minum melainkan air dari sumur yang kemudian dikelola lewat teknologi menjadi air yang sehat bila diminum atau di konsumsi bagi tubuh. Jangan lupa, air yang kita minum selama ini dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan fisik diri. Pada saya menulis ini, saya memang belum ada kematangan konsep yang dibahas secara mufakat setingkat RT seperti pada saat dulu mengkonsep Kampung Ramah Lingkungan. Tapi, terbayang bahwa pewujudannya tidak akan sulit karena kita tidak memerlukan alat static mixer, tangki kaporit kapasitas besar, atau alat pengelolah air limbah jadi air minum sehat yang siap minum karena sumber air yang kami akan gunakan adalah air sumur yang berasal dari air tanah bukan langsung air hujan atau bahkan air limbah. Jadi pun proses ultrafilterisasi air menjadi air sehat siap minum tidak akan njelimet. Dan semoga misi ini bisa terwujud.
Jadi intinya, gaya hidup sehat ala saya adalah ketika kita tinggal di lingkungan yang punya cara berpikir dan sudut pandang untuk mau bersama-sama bergerak membuat, menciptakan lingkungan yang sehat. Sehat bagi manusia yang tinggal didalamnya, sehat bagi alam yang selama ini jadi tempat bernaung manusia hidup. Sehat tidak datang dengan sendirinya. Sehat adalah upaya. Sesuatu yang kita upayakan agar tempat yang kita tinggali bersih, pola pikir kita positif dan makanan termasuk minuman yang kita konsumsi adalah kualitasnya terbaik.
***
Kasih saran langsung ke penulis:
nurrachma2014@yahoo.com
Kunjungi website: lucerahma.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H